Tuesday, July 23, 2019

Sarah istri nabi Ibrahim AS




Sarah adalah wanita yang diberi wajah yang sangat cantik dan tubuh yang indah. Sarah memiliki banyak kambing dan lahan yang luas, kemudian ia menghibahkan seluruh kekayaannya kepada suaminya, Ibrahim AS, agar beliau mengurus dan mengembangkannya.

Ibrahim AS hijrah dari Irak ke Baitul Makdis bersama istri dan keponakannya Luth AS, mereka bertiga hijrah karena kaumnya tidak beriman dengan risalah yang diberikan oleh Ibrahim AS.

Palestina, tempat tinggal Ibrahim, dilanda kekeringan dan pacekli. Untuk itu, Ibrahim bersama istri beliau, Sarah, berangkat ke Mesir. Ketika keduanya tiba di Mesir, Ibrahim tahu bahwa penguasa Mesir adalah orang yanng suka dengan wanita, oleh karena itu, Ibrahim mengkhawatirkan istrinya, Sarah. Ibrahim berkata kepada Sarah, “Penguasa Mesir ini pasti akan bertanya kepadaku tentang dirimu. Jika ia bertanya kepadaku tentang dirimu, aku akan menjawab engkau saudara perempuanku, jadi engkau jangan membantahku di sisinya, karena di dunia ini tidak ada orang muslim selain aku dan engkau dan sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku di Kitabullah.”

Di Mesir, salah seorang pejabat Mesir melihat Sarah. Karenanya, ia segera pergi dan masuk menemui rajanya. Pejabat tersebut berkata, “Paduka, seorang wanita telah datang ke Mesir dan ia hanya layak dimiliki orang seperti paduka, karena kecantikannya nyaris menutupi matahari di pertengahan siang.”

Wajah raja Mesir berbinar-binar, mulutnya mengumbar senyum lebar, dan terlukis tandaa-tanda ridha di wajahnya kepada pejabatnya tersebut. Raja Mesir tersebut berkata kepada sang pejabat,”Pergilah dan bawa wanita tersebut ke mari.”

Sang pejabat pergi hingga tiba di empat Ibrahim dan istrinya. Sang pejabat berkata kepada Ibrahim, “Sesungguhnya raja menyuruhku membawa wanita ini kepadanya.”

Sarah berjalan dan masuk ke istana Mesir. Ia tidak gelap ata dengan tahta-tahta yang ditinggikan, gelas-gelas yang diletakan, bantal-bantal sandaran yang disusun. Dan permadani-permadani yang terhampar. Matanya tidak menoleh kepada tiang-tiang dan tembok-tembok yang menjulang. Ia tidak begitu peduli denan para pelayan dan anak-anak istana yang berkeliling ke kanan dan ke kiri. Ya, ia tidak menoleh kepada siapa pun dan apa pun yang ada di sekitarnya.

Hati Sarah terhubung dengan Allah dengan damai dan tenang. Hatinya penuh dengan keyakinan bahwa ia berada dalam pengawasan Tuhan. Hati Sarah larut dalam dzikir kepada Allah.

Di sisi lain, raja Mesir amat terpesona dengan kecantikan Sarah . raja Mesir merasa sepertinya ada kegemetaran yang mengallir seluruh tubuhnya dan ia merasa bahwa ketakutan menyelimuti hati dan menguasai perasaanya.

Raja Mesir mendekatkan diri kepada Sarah dan hendak menyodorkan tangan. Namun ia tidak tahu apa yang harus diperbuat, karena ia merasa sepertinya ada kekuatan yang menghentikan nafas, gerakan, tangan, dan hanya mulut yang bisa bergerak.

Disisi lain sarah hanyut bermunajat kepada Allah, Sarah berkata, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman kepadaMU dan RasulMU, serta Engkau tahu aku menjaga kemaluanku kecuali untuk suamiku, maka jangan kuasakan orangkafir kepadaku.”

Raja Mesir berkata kepada Sarah, “Hai wanita shalihah, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia membebaskanku. Jika itu engkau lakukan, aku tidak akan mengganggumu dan tidak mengulangi perbuatanku yang engkau benci.”

Sepertinya raja diikat dengan tali kemudian dilepaskan, namun syaitan merayu sang raja agar ia mengulurkan tangan kepada wanita jujur ini, Sarah, dan melanggar janjinya namun tiba-tiba kali ini tangannya menjadi lumpuh dan ditarik dengan tarikan amat kuat. Kemudian raja berkata lagi agar Sarah berdoa kepada Tuhannya agar membebaskannya. Setelah dibebaskan raja mengulanginya lagi ingin menyentuh Sarah berulang kali. Akhirnya sang raja sadar dengan perbuatannya, dengan berkata,”Berdoalah engkau kepada Tuhanmu dan aku janji tidak akan megulangi perbuatanku untuk selama-lamanya.”

Sang raja berkata kepada Sarah dengan suara lemah dan lirih, “Hai wanita si Fulanah, betapa taatnya Tuhanmu ketika engkau berdoa untukku!”

Sarah berkata kepada sang raja dengan keyakinan iman, “Dan engkau sendiri, jika engkau taat kepada Tuhan tersebut, Dia juga akan taat kepadamu.”

Adapun sang raja Mesir, ia memanggil pejabat yang membawa Sarah kepadanya dan berkata, “Keluarkan wanita ini dari hadapanku, karena engkau tidak datang kepadaku dengan membawa wanita, tapi membawa syaitan.”

Kemudian sang raja menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah, kemudian Sarah pulang dan tiba ditempat Ibrahim yang ketika itu sedang mengerjakan shalat. Ibrahim memberi isyarat kepada Sarah, “Bagaimana kabarmu?” Sarah menjawab, “Allah mengembalikan tipu daya orang kafir ke lehernya dan memberi hadiah seorang wanita bernama Hajar.”

Ibrahim pulang dari Mesir ke Palestina ditemani istri beliau dan Hajar, wanita Mesir yang akan membantu Sarah dan suaminya.

Mereka bertiga menetap di Baitul Makdis, sebuah daerah yang sekelilingnya diberkahi Allah. Hari demi hari dan tahun demi tahun berjalan. Sekarang Sarah telah tua, rambutnya beruban, dantulang-tulang telah lemah. Suami Sarah, Ibrahim malah lebih tua beberapa tahun daripada Sarah.

Ibrahim tidak mempunyai anak, karena istri beliau tidak bisa melahirkan. Ketika Sarah melihat yang demikian, ia menawarkan Hajar kepada Ibrahim, padahal tadinya ia menolak bertindak seperti itu, karena rasa cemburu yang ada padanya.

Ibrahim setuju untuk menikah dengan Hajar. Janji Ilahi pun terealisir dan tidak ama kemudian Hajar hamil. Saat-saat kelahiran anak Hajar semakin dekat. Tidak lama berselang, Hajar melahirkan anak yang sempurna dan suci yang diberi nama Ismail.

Kelihatanya, Sarah sangat berbahagia dengan kelahiran anak yang tampan ini. Allah memasukkan cinta kepada Ismail ke dalam hati Sarah, karena Ismail anak suaminya, Ibrahim dan anak mantan budak wanitanya, Hajar yang beriman dan bertakwa.

Ibrahim kedatangan 3 orang tamu, kemudian ia mempersilahkan para tamu untuk duduk. Sarah menyiapkan makanan untuk para tamu, dan Ibrahim membawa daging panggang anak sapi yang gemuk.

Disudut kemah, istri Ibrahim yang tua, Sarah, melayani para tamu. Ia berdiri di depan para tamu seperti kebiasaan orang-orang Arab. Namun tidak satu pun dari mereka yang menyentuh makanan yang sudah dihidangkan. Ibrahim melihat tangan para tamu tidak menjamah daging panggangan, beliau memandang aneh perbuatan mereka, “Sesungguhnya kami takut kepada kalian.”

Disisi lain Sarah melihat ke arah Ibrahim sambil tertawa untuk meringankan ketakutan beliau kemudian Sarah berkata kepada Ibrahim,”Para tamu itu sungguh aneh. Kita merepotkan diri untuk memuliakan mereka, namun mereka tidak makan hidangan kita.”

Ketika itulah, para tamu menjelaskan jati diri dan identitas mereka.

“Mereka berkata, ‘Janganlah kamu takut,’ dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim.” (Adz Dzaariyat:28)

Sarah mendengar kabar gembira dari para malikat. Sarah pun kaget dan nyaris berteriak heran dan merobek-robek baju seperti kebiasaan para wanita. Sarah berkata dengan nada heran, “Aku wanita tua yang mandul?”

Sarah berkata lagi, “Apakah aku kan Hamil, dan menyusui? Padahal umurku hampir mendekati 90 tahun dan aku sejak usia remaja mandul tidak bisa melahirkan?”
Akhirnya Sarah lega setelah mendapatkan kabar gembira tentang kelahiran Ishaq, kemudian Ya’qub.

“Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan Lahir putranya) Ya’qub.” (Hud:71)

Ismail adalah anak sulung Ibrahim, ketika Sarah melahiran Ishaq untuk Ibrahim, orang-orang Kan’an berkata, “Tidakkah kalian heran dengan laki-laki dan wanita tua ini?keduanya menemukan anak buanngan kemudian mengambilnya dan mengakuinya sebagai anak keduanya. Apakah wanita setua ini masih bisa melahirkan?”

Allah membentuk wajah Ishaq persis seperti wajah Ibrahim, hingga setiap kali beliau dilihat manusia, mereka berkata, “Demi Allah, anak tadi berasa dari Ibrahim.”


Hajar

Adapun Hajar, ia adalah budak wanita yang kulitnya berbulu, memakai celak, rambutnya keriting, gigi satu dengan yang lainnya renggang, cantik, berbahasa arab dan berketurunan Arab.

Dengan santun dan malu, Hajar bertanya kepada majikannya yang ahli ibadah, dan wanita taat, “Majikanku, Tuhan apa yang engkau sembah?”  

Sarah berkata kepada Hajar, “Wahai wanita yang baik, kami menyembah Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia saja. Dia pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu,  Pencipta segala sesuatu, menghidupkan, mematikan dan Maha kuasa atas segala sesuatu.”

Sarah melihat Hajar menghabiskan waktu-waktu menjelang shubuh dan dzikir kepada Allah, ia terbiasa mengerjakan sholat, berdzikir, dan bertasbih disetiap sore dan pagi.

Pada hari-hari pertama persalinan, Hajar hidup bahagia dan matanya teras sejuk dengan bayinya. Sarah mulai cemburu. Sarah merasa tidak sanggup hidup dengan istri suaminya Hajar. Sarah merasa ruang geraknya menyempit gara-gara Hajar dan bayinya.

Sarah meminta ibrahim menghilangkan Hajar dari pandangan matanya dan bersumpah dengan nama Allah agar Ibrahim mengusir Hajar dan bayinya dari rumah.

Allah azza wa jalla mewahyukan kepada Ibrahim agar beliau mengambil Hajar dan anaknya, Ismail, kemudian pergi ke negeri yang diberkahi, yaitu Makkah yang merupakan Ummul Qura.

Ibrahim dikejar Hajar yang kemudian berkata,”Hai Ibrahim, engkau akan pergi kemana? Kenapa engkau meninggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada apa-apanya?”

Ibrahim tidak menyahut sama sekali.

Hajar berlari-lari kecil dibelakang Ibrahim, sambil berkata, “Dimana engkau meninggalkan kami?”

Ibrahim tidak menoleh kepada Hajar karena mentaati perintah Allah.

Hajar mengulangi pertanyaannya, “Hai Ibrahim, dimana engkau meninnggalkan kami?”

Kemudian Hajar bertanya dengan pertanyaan yang berbeda,”Apakah Allah yang memerintahkanmu seperti ini?”

Ibrahim menjawab,”Iya. Tuhanku yang memerintahkan aku bertindak seperti ini.”

Hajar dengan keyakinan diri sebagai orang ang beriman, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkanku. Hai Ibrahim, pergilah engkau kepada apa yang diperintahkan Allah padamu.”



Note:
Baca kelanjutannya di kisah bukit shafa dan marwa



No comments:

Post a Comment