Saturday, July 6, 2019

KEJADIAN TAK TERDUGA SAAT UMROH


klik disini to journey umroh


Tertipu Biro Perjalanan

Sudah lama sekali saya merencanakan berangkat umroh bersama my father. Dengan mengumpulkan uang, menabung dari sisa gaji setiap bulannya. 1 Februari 2017 saya mendaftarkan diri ikut umroh melalui biro perjalanan fisrt travel, sebelum saya meyakini ikut  biro perjalanan ini, saya sudah mencari info-info terkait biro umroh tersebut. Rekomendasi teman sangat saya percaya ditambah lagi dari penelusuran via web dan sosial media yang sangat akurat. Akhirnya saya jatuhkan biro perjalanan umroh ke fisrt travel, namun setelah membayar ternyata saya mendapatkan antrian yang agak panjang sampai ke tahun 2018, kagetlah saya, karena tidak menanyakan jadwal keberangkatan secara pasti kepada agen.   Akhirnya terima nasib karena  uang sudah ditransfer tidak bisa direfund kalaupun bisa saya kena 30% pengembalian dana. Baru sekitar 3 bulan menunggu, ternyata saya lihat di TV kasus fisrt travel mencuat innalillahi wa inna ilaihi roojiuun seperti disambar petir disiang bolong, bukan saya saja yang menunggu diberangkatkan namun ada ribuan orang yang sudah membayar namun gagal berangkat. Sedih, bingung, galau, semua campur aduk. Yang awalnya ingin sekali memberangkatkan umroh orangtua akhirnya kandas dengan adanya kasus ini. Ini mungkin cobaan dan ujian terhadap saya, namun saya berdoa semoga Alloh memberikan kelebihan rizky lagi untuk saya, sehingga saya bisa menjalankan ibadah umroh yang sudah diniatkan.

Mendaftar Umroh Lagi


Alhamdulillah doa saya terkabul, simpanan uang saya terasa cukup untuk melakukan perjalanan Umroh berdua dengan my father.Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun semenjak kejadian itu, hati saya terketuk untuk mencari biro perjalanan umroh lagi, kali ini saya lebih hati-hati mencarinya, saya lebih detail menanyakan semua tentang perjalanan umroh, dari sebelum berangkat, pesawat, hotel, tim, manasik, dll semua saya tanyakan sampai keakuratan biro perjalanan tersebut di Departemen Agama.  Tanggal 4 Februari 2019 saya bayar untuk perjalanan umroh dengan Bapak dari biro perjalanan TAKASA, travelnya dekat rumah, pelayanannya sangat ramah bahkan kami diajak bareng menuju bandara Soeta, setelah manasik dan pembagian koper dan perlengkapannya, serta mendapat cheking pesawat tanggal terbang dan tanggal pulang, akhirnya tanggal 23 Februari 2019 saya dengan my father berangkat Umroh dengan pesawat Saudi landing Madinah.
Karena ini adalah pengalaman saya pertama kalinya umroh, sebenarnya agak takut dan kikuk, dari mempersiapkan baju-baju untuk disana lalu perlengkapan pribadi semua saya list satu per satu. Untuk yang umroh ambil 9 hari saya membawa baju gamis plus bergo 5 stel, baju tidur 3 stel, kaos kaki 3 pasang. Sebenarnya kosmetik untuk umroh itu hanya perlu krim pelembab karena perbedaan cuaca antara Arab dengan Indonesia itu tidak terlalu berbeda. Dan obat-obatan yang sekiranya untuk pribadi. Tapi jangan khawatir di Madinah dan Mekah banyak toko-toko baju dan komestik/obat disekitaran hotel jadi bila ada yang kurang-kurang bisa membeli disana, harganya gak jauh berbeda dengan di Indonesia.

Menginjakan kaki di Madinah

Jadwal keberangkatan ternyata kena delay, seharusnya berangkat dari bandara Soeta jam 15,00 harus maju ke jam 17.30 wib. Ini menyebabkan jadwal kami pun sedikit meleset dari perkiraan. Transit di bandara Jeddah sudah jam 01.00 dan melanjutkan perjalanan ke Madinah landing sekitar jam 02.30 kemudian kami berangkat menuju hotel. Saat perjalanan menuju hotel Madinah dari kejauhan sudah terlihat menara-menara mesjid Nabawi ada perasaan haru tiba dihati saya, rasa rindu yang sudah tertahan lama akhirnya kini benar-benar merasakan dekat sekali denganmu wahai rasul. Istirahat di hotel sekitar 30 menit setelah pembagian kamar hotel, kemudian kami siap-siap untuk solat shubuh berjamaah bergabung dengan jutaan orang muslim seluruh dunia. Perdana solat shubuh saya kebagian dihalaman luar masjid karena petugasnya sudah katakan penuh didalam masjid. Iklim di Madinah begitu dingin menusuk persendian diwaktu shubuh dan sejuk diwaktu siang, sinar matahari tidak menyengat, dan angin sangat semilir. Saya berdampingan dengan orang Indonesia yang sudah beberapa hari ada di Madinah. Sangat familiar sekali banyak orang-orang Indonesia yang bisa kita jumpai di Madinah dengan syal biro perjalanannya. Biasanya bila bertemu di Masjid dan di Hatel lalu bertegur sapa. Setelah solat subuh dilanjutkan dengan dzikir, kami kembali ke hotel untuk merapikan tas koper kami yang masih berantakan, istirahat dan berkenalan dengan teman sekamar. Setelah itu kami menuju tempat makan hotel, disana sudah ramai dengan rombongan-rombongan Indonesia dari berbagai biro perjalanan. Makanannya pun bervariasi terkadang menu Arabian terkadang menu Indonesian.



Masjid Nabawi dengan Keelokannya

Hotel kami berdekatan dengan gate/pintu 16, masjid Nabawi tertutupi oleh megahnya hotel-hotel yang ada disekitaran masjid. Pintu masjid Nabawi ada 25 gate. Pintu 25 adalah untuk kami menuju Roudhoh. Diselasar/ halamannya ada payung-payung raksasa dan karpet untuk solat, tersedia juga kran-kran air zam-zam didekat gate 16, untuk toilet muslimah letaknya agak jauh dari pintu masjid dan toilet menggunakan eskalator turun karena terletak didalam dan dibawah, banyak kamarnya toiletnya namun aromanya kurang bersahabat, saya juga melihat tempat untuk menitipkan barang berharga dan charge hp di depan selasar. Setiap gate/pintu ada 2 penjaga. Sebelum masuk masjis Nabawi ada loker untuk penyimpanan sandal. Ada cerita menarik tentang ini, karena kami semua perdana di Madinah, kami percaya diri saja menaruh sandal diloker masjid lalu kami itikaf sampai dhuhur selesai, kemudian kami akan kembali ke hotel namun terkejutlah ada beberapa sandal kawan termasuk sandal saya yang sudah tidak ada dilokernya, paniklah kami mencari setiap sela-sela masjid. Saya menemukan sandal saya ada di plastik wajah ibu-ibu Arab entah dari mana asalnya.. lalu saya ambil saja, si ibu itu hanya diam melihat. Dan beberapa kawan sandalnya tidak ketemu,, akhirnya pulang ke hotel tanpa sandal. Di beberapa titik didalam masjid tersedia bergalon-galon air zam-zam ada yang cold dan not cold. Disetiap tiangnya sudah tersedia mushaf-mushaf al Qur’an dari yang kecil sampai yang besar ada semua. Dan juga tersedia kursi-kursi kecil untuk yang tidak kuat sujud.  Hari ke dua di Masjid Nabawi saya solat digate 17 saat memasuki pintunya, berasa saya seperti (de javu) sudah pernah melihat/sudah pernah datang dengan melihat ornamen-ornamen yang ada didalam masjid Nabawi dan memang posisi saya sedang berjalan dengan kawan-kawan dan menuju shof sholat. Karena sebelum ke masjid Nabawi saya belum pernah tau didalam masjid Nabawi itu seperti apa. Waallahualam bisowab.

Ke Roudhoh

Selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat di Madinah. Kami selalu berangkat diawal waktu terkadang jam 09.00 sudah itikaf di Masjid sampai waktu dhuhur, kemudian pulang sebentar ke hotel hanya untuk makan siang kemudian kembali lagi ke masjid sampai waktu ashar. Kemudian kembali ke hotel untuk mandi dan siap-siap lagi ke masjid untuk itikaf menunggu solat maghrib dan Isya. Ustad mengajak kami mengunjungi Roudhoh bersama muthawif, yang saya bilang karena ini pengalaman pertama sepertinya ada rasa deg-degan, rasa kangen, haru, gembira, exited saat perdana kami akan ke Roudhoh. Setelah solat Magrib kami berkumpu di depan loby hotel kemudian kami berangkat, ini benar-benar mengambil langkah seribu karena azan solat isya sudah berkumandang posisi kami masih di gate 16 dan kami harus berjalan cepat menuju gate 25 luarbiasa, alhamdulillah kami masih dapat tempat didalam masjid untuk melaksanakan solat isya, setelah itu kami diberjalan menuju Roudhoh. Ternyata banyak sekali muslimah yang sudah menunggu di pintu Roudhoh, saat pintu Roudhoh dibuka kami berdesak-desakan untuk masuk walaupun disitu sudah ada penjagaan, tetap saja gelombang manusia amat sangat banyak dan padat. Saat masuk Roudhoh, kita kan bertemu makam Rasulullah SAW, dan 2 sahabatnya (Abu Bakar dan Umar R A), yang ditutupi oleh kain warna hijau mengkilat dan tulisan Arab, kemudian kedepan kita akan mendapati karpet hijau dan mimbar Rasulullah SAW. Disitu kita bisa solat dan berdoa sebanyak mungkin karena itu tempat yang paling mustajab untuk terkabulnya doa. Karena banyak yang ingin solat dan berdoa, muslimah jadi gak terkontrol banyak yang kedorong-dorong dan terinjak, kami yang ingin solat dan berdoa pun harus dipagari dengan membuat lingkaran. Namun saat ke Roudhoh yang kedua dan ketiga kali kami sudah mengetahui tekniknya, alhamdulillah bisa solat dan berdoa dengan khusu’. Mau tau teknik kami bisa khusu berdoa di Rodhoh? Tetap masuk berdesak-desakkan karena Roudhoh untuk muslimah selalu padat, namun kami mencari celah ke pinggir kiri terus dipinggir jalan sedikit demi sedikit untuk mencapai depan, nah bila sudah didepan kami bisa solat sepuasnya dengan bergantian.

Menikmati Indahnya Madinah di sore hari.

Pernah saya dengan 3 kawan saya tertinggal untuk ke Roudhoh setelah solat dhuhur, padahal kami pun solat di gate 25 namun kami kebawa arus keluar masjid. Akhirnya kami mencari udara segar menikmati suasana di kota nabi. Berjalan menyusuri koridor-koridor toko dan hotel sekitar masjid, membeli secangkir kopi di sore hari, mengantre ATM berbaur dengan muslim lainnya yang juga menikmati suasana sore, suatu hal yang baru melihat laki-laki berjalan rukun dengan 2 sampai 4 istrinya dan anak-anaknya, melihat-lihat buah tangan yang akan kami bawa, dan sampailah kami dibelakang pertokoan antara pasar madinah dan terminal bus antar kota, dengan ditemani sinar matahari yang mulai tenggelam ke barat dan semilir angin yang sejuk, kicauan burung-burung yang terbang hinggap diatap-atap pertokoan dan selasar taman, mengejar burung-burung yang terbang rendah, melihat kejauhan bukit-bukit yang bersusun indah, sayup-sayup terdengar gemuruh suara pasar dan suara konektur yang menawarkan jasa, indah sekali suasana sore di Madinah. Dan orang-orang Madinah yang begitu ramah menyapa dan fasih bahasa Indonesia menambah nyaman kami tinggal dan ingin berlama-lama di kota nabi SAW. Setiap kami kunjungi toko-toko disana, mereka pasti menyapa ramah kami, dari wajah-wajah kami memang sudah gampang ditebak Indonesia. Bukan itu saja.. mereka berusaha mengajak berbincang tentang keluarga, mereka sangat jujur sekali keinginannya menambah 1-2 istri, lalu menanyakan kami di Indonesia bagaimana, dan cerita apa saja yang bisa membuat kami bahagia tertawa bersama walau kami tidak jadi membeli ditokonya tetap mereka tersenyum.  Mereka akan menutup tokonya disaat azan berkumandang dan membuka kembali tokonya setelah selesai solat, andai di Indonesia bisa disiplin seperti itu. Belum lengkap rasanya jika tidak menikmati kuliner khas Madinah Kebab dan ayam goreng al Baik. Dan sedikit oleh-oleh khas Madinah yang saya beli adalah Sajadah warna hijau seperti di Roudhoh dan sedikit kurma nabi.

Hari Terakhir di Kota Nabi

3 hari sudah kami ada dikota nabi, Malamnya kami packing koper untuk menuju ke Mekah. Masih begitu berat meninggalkan kota nabi tercinta ini dengan suasana kotanya yang nyaman, damai, indah, sejuk, orangnya ramah, tapi kami masih hrus melakukan Ibadah Umroh ke Kota Mekah. Setelah solat dhuha kami sudah memakai pakaian ihrom untuk bersiap-siap menuju kota Mekah, koper-koper dimasukan kedalam bus lalu kami berangkat, perjalanan sekitar 6 jam menuju kota Mekah dengan menggunakan bus, sekarang ada kereta cepat dan bisa ditempuh dengan waktu lebih cepat sekitar 2 jam. Kami mengambil miqat di Beer Ali (sumur Ali) dengan melaksanakan solat tahiyatul masjid dan niat umroh 1, saat niat sudah terucap segala larangan sudah harus dihindarkan termasuk memakai wangi-wangian dan meminta maaf kepada orangtua dan suami serta anak, diperjalanan melafazkan kalimat talbiah. “Labaikallahumma labaik, labaikala syarika laka labaik...”. Kami istirahat sebentar di rest area, memberi waktu pada sopir untuk makan dan ngopi, dan kami pun bisa ke toilet dan mengambil wudhu kembali. Namun ada kejadian yang menimpa saya disini. Sebenarnya kita kalo dikota haram Madinah dan Mekah tidak boleh berkata buruk maupun punya pikiran buruk, saat di rest area sebelum saya turun saya mengingatkan diri sendiri agar tidak kesandung karena tanah berbatuan, namun setelah saya turun dari bus dan baru berjalan 2 langkah saya terjatuh terperosok ditanah bebatuan sampai saya khawatir tangan saya berdarah, tapi anehnya tidak ada yang melihat, seperti ada yang menyengkat kaki saya saat saya baru berjalan. Saya lalu terus beristighfar mohon ampun kepada Alloh. Bukan itu saja, setelah saya sudah kembali duduk di bus, saya tengok ke belakang melihat my father apakah ada atau tidak, ternyata bapak turun untuk ngopi. Gak lama kemudian bus jalan, saya berguman lagi dalam hati jangan sampai Bapak ketinggalan bus, baru saja busnya belok dari arah spion kiri sopir melihat ada yang berlari kecil dan ternyata Bapakku,, Ya Alloh aku beristighfar disepanjang perjalanan menuju Mekah. Rasa meyesal, takut, berdosa ada dipikiranku selama perjalanan.

Tiba Di Kota Mekah

Perjalanan dari Madinah ke Kota Mekah melewati gunung dan bukit-bukit berbatu yang cadas, hamparan dari kanan dan kiri jalan hanya gunung-gunung bebatuan. Terbayanglah saat jaman Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Mekah ke Madinah dan sebaliknya. Dengan menyusuri gunung-gunung dan hamparan tanah yang berbatu cadas. Betapa perjuangan yang sangat berat bila tanpa kendaraan atau tanpa memakai alas kaki yang memadai. Ya Alloh... Maha Adil Engkau, menciptkan manusia-manusia tangguh pada saat jaman Rasuullah SAW dengan kondisi alam seperti ini. Saat muthawif bilang kita tidak lama lagi akan sampai ke Kota Mekah, jantungku makin berdegap kencang, makin banyak saya berdzikir kepada Alloh SWT, saya melihat kota mekah yang terang dan dengan gedung-gedung dan rumah yang bagus nampak begitu anggun kota Mekah dimalam hari. Tiba kami didepan hotel tempat penginapan kami sekitar pukul 22.30, kami turun dan mengucapkan alhamdulillah namun saya melihat My Father sudah duduk lemas didekat tangga hotel, ternyata Bapak mabuk perjalanan darat kemudian saya bawa bapak masuk kedalam hotel dan duduk lemas di loby hotel. Pikiranku hanya 1 yaitu mengoleskan minyak angin beruang ke kepala, leher dan badannya ternyata saya ditegur oleh satpam hotel “La..La...” kemudian dia menunjuk ke pakaian ihrom Bapak, Deeeg... baru sadar saya bahwa minyak angin juga tidak boleh dioles saat mau ihrom.. bingung, campur panik campur-campur,,, bapak sudah harus istirahat dikamar dan dia gak mungkin mengikuti umroh yang pertama bareng-bareng. Setelah dikasih obat migran, Bapak tertidur pulas..dan saya turun ke loby hotel untuk bergabung dengan kelompok jamaah saya.




Masdijil Haram

Kami menuju ke masjidil haram lalu melaksanakan solat isya dan jamak magrib berjama’ah, kemudian kami menuju ke ka’bah untuk melakukan tawaf.
Dan inilah saat perdana saya dan kawan-kawan melihat Ka’bah dari jarak sangat dekat sekali. Tiba-tiba kami semua haru menangis seakan tidak percaya apa yang kami lihat itu (Ka’bah) seperti mimpi. Setelah itu kami melakukan ibadah ihrom dari tawaf 7 kali putaran kemudian solat didekat maqom Ibrahim berdoa, kemudian minum air zam-zam lalu Sai antara bukit Shafa dan Marwa, Tahalul dan kembali ke hotel sekitar pukul 01.00. kami istirahat tidur sebentar kemudian jam 03.00 kami sudah harus siap-siap ke masjidil Haram lagi untuk itikaf dan beribadah disana. Bak seperti disiang hari, masjidil Haram selalu penuh dan ramai walaupun waktu sudah menunjukan jam 00.00 atau jam 02.00 waktu setempat, saya masih harus menghapal gate yang ada di Masjidil Haram karena berbeda dengan di masjid Nabawi.  
Bangunan masjidil Haram sangat megah, tempat solat ikhwan dan akhwat didalam pun masih begitu luas, pernah nyasar didalam Masjid karena begitu banyak orang dan luas entah harus kekanan atau kekiri, banyak jamaah yang tersesat ini saya alami saat kami sedang mencari jalan keluar ada rombongan dari Indonesia juga yang sedang bingung mencari jalan didalam masjid karena kurangnya tanda untuk arah keluar. Pintu masjid pun ada sekitar 4 pintu utama, dan yang saya hapal adalah King Abdl Aziz, Hijr Ismail. Tempat Sai juga ada beberapa tingkat, kami ambil yang paling bawah agar memudahkan ibu-ibu yang tidak kuat naik. Akan begitu Indah melihat suasana Ka’bah dari atap, kami naik melalui eskalotor samping pintu kecil. Diatap bisa melihat secara luas bangunan Masjidil haram, menara air zam-zam, dan jam gadang yang sagat besar. Namun diatas anginnya sangat kencang, bagi saya yang sering masuk angin tidak bisa berlama-lama di atap masjid. Terkadang saya dan teman-teman juga menjelajah pintu lain dan tetap mencari jalan keluar. Sama seperti di masjid Nabawi, di Masjidil Haram juga tersedia banyak galon-galon air zam-zam.  
Benar saja kata orang, kalo sudah ibadah di tanah suci itu tidak ingat dengan kampung halaman. Seperti ada magnet/kekuatan yang besar di Mekah, kami selalu semangat untuk ibadah-ibadah dan ibadah, tidak ada sedikit pun rasa lelah, sakit,  atau pun capek. Saya pikir hanya saya yang merasakan hal tersebut, ternyata seluruh jamaah juga merasakannya. 4 hari kami melakukan ibadah di Masjidil Haram, start sebelum shubuh sekitar jam 03.00 dari hotel, lalu kami berjalan sekitar 500meter ke masjid dan baru kembali lagi pukul 09.00 aau ba’da dhuha untuk sarapan di hotel, kemudian kami akan kembali lagi pukul 10.30 sebelum dhuhur. Aktifitas kami banyak di Masjid, ke hotel hanya untuk makan dan tidur saja.
Ihrom kedua kami lakukan dihari ke 3 saat kami di Mekah, setelah sarapan kami berkumpul di loby hotel dan sudah menggunakan baju/gamis putih, sebelum berniat ihrom, kami diajak jalan-jalan napak tilas tentang tempat-tempat yang bersejarah dikota Mekah. Perjalanan dimulai pukul 09.00 . Planning kami saat ba’da dhuhur kami sudah kembali lagi di hotel agar tidak tertinggal solat wajib dhuhur berjama’ah.

Tempat bersejarah di Mekah dan Umroh ke Dua

Bus mulai berjalan, saya duduk kursi pertama dikanan dekat sopir, muthowif ada didepan siap-siap menjelaskan tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Dengam menelurusi jalan-jalan di kota Mekah, kami mendengarkan cerita sejarah dari muthowif kami, Jabal Nur (Gua Hiro),Jabal Tsur, makam Ma’ala, Ji’ronah, Jabal Rohmah (Arofah), Jabal Uhud.
Setelah selesai ke tempat-tempat sejarah, kami bermiqot di masjid ji’ronah. Kami melakukan solat tahiyatul masjid kemudian kemabali ke bus dan berniat ihrom kedua. Untuk umroh kedua ini bisa untuk diri sendiri atau untuk orangtua yang telah tiada. Saya niatkan umroh untuk ibu saya almarhumah. Perjalanan agak macet untuk kembali ke Mekah baru sekitar pukul 11.45 kami tiba. Ada kelompok dari kami yang memutuskan solat duhur di Hotel kemudian makan, ada yang memutuskan ikut solat di Masjid tanpa makan siang dihotel. Saya ikut langsung solat di Masjid tanpa makan. Akhirnya saya dan rombongan bergegas untuk ke masjid agar kebagian tempat untuk solat dhuhur, setelah itu jam 14.00 kami tunggu di dekat toilet kelompok kami yang tadi memutuskan untuk solat di hotel. Toilet 4 menjadi penanda buat saya dan teman-teman untuk janjian bila ada salah satu dari kami yang berpencar. Ada keanehan didekat selasar masjidil haram, perbatasan antara keramik masjid dengan aspal dihalaman masjidil haram, saya berdiri disitu sekitar 10 menit namun seperti merasakan buminya itu bergerak/goyang seperti gempa namun tidak gempa. Dan teman-teman saya pun merasakan hal yang sama tapi tidak merasakan bila ada didalam masjid atau halamannya (keramik halaman depan). Sempat 2x menunggu teman dihari yang berbeda masih merasakan bumi itu bergerak/goyang.

Setelah semua anggota kelompok sudah berkumpul akhirnya kami siap untuk melaksanakan umroh yang kedua ditengah hari sekitar jam 14.30 dan itu ka’bah sedang terik dengan matahari agak condong ke Barat. Alhamdulillah,Tapi kami tidak merasakan panas dan kaki terbakar saat thawaf.  Kemudian lanjut ibadah Sai, catatan dari saya, jika ahwat yang kakinya tidak kuat dingin sebaiknya membawa sepatu khusus Sai, karena sai pertama saya merasakan kaki mulai ba’al hampir mati rasa karena dinginnya lantai.Setelah semua rukun ihrom sudah kami jalani dilanjutkan dengan solat ashar. Alhamdulillah sudah lengkaplah umroh kami, sekarang tinggal melaksanakan ibadah-ibadah pribadi/sendiri.  

Peristiwa Saat Tawaf

Alhamdulillah saya sudah hapal gate yang harus saya lalui saat datang dan pulang di masjidil haram, jadi ketika teman-teman saya memutuskan untuk berbelanja, saya tetap fokus ibadah karena saya sudah beli oleh-oleh di Madinah. Ke Masjidil haram yang saya incar hanya satu yaitu bisa solat dekat ka’bah. Karena kalo kebelakang bahkan dilantai dua atau ruangan lain ka’bah tidak bisa terlhat. Saya masih senang memandang ka’bah. Bahkan bila ke masjidil Haram dengan teman, kami sempatkan untuk thawaf sebelum solat atau sesudah solat untuk bisa menyentuh ka’bah, menyentuh hajar aswad, solat di dekat makam ibrahim, solat di hijr ismail. Alhamdulillah bisa semua kecuali menyentuh hajar aswad. insyaAlloh lain kali umroh bisa berhasil.
Ada beberapa pengalaman berkesan saat saya Tawaf, satu diantaranya yaitu saat tawaf dimalam hari hanya berdua dengan teman, kami sudah itikaf dari sebelum maghrib dan mencari tempat yang dekat Ka’bah, setelah solat maghrib kami siap-siap untuk tawaf, namun yang biasanya sandalku itu masuk ke tas entah kenapa itu tertinggal ditempat saya solat, saya mengisi botol dengan air zam-zam dan meminum sedikit lalu sisanya saya taruh ditas. Sudah sampai depan ka’bah lalu saya dengan teman mulai tawaf. Putaran demi putaran kami lalui berharap bisa sampai depan dan menyentuh hajar aswad, dan saat putaran ke 4 kami sudah bisa didekat hajar aswad dan sedikit lagi, namun saya kelempar keluar dan disana saya lihat 2 orang tinggi besar yang satu berkulit hitam dan 1 lagi berkulit putih hampir menyikut badan dan tangan saya. Alhasil bibiir saya terluka dan bengkak terkena tangan dan saya lihat tas saya yang ada didepan badan saya sudah terbuka, dan saya lihat dompet saya hilang. Shock berat... yang ada dipikiran saya saat itu adalah bagaimana saya kembali ke tanah air. Saya mengadu kepada penjaga mereka angkat tangan semua, kemudian saya menangis dan merangsek kedepan ka’bah berdoa agar dompet saya kembali dan memohon kepada Alloh untuk memberikan hukuman pada yang mengambil dompet saya. Saya masih menangis dalam keadaan shock banget. Azan isya berkumandang... saya hentikan pencarian dan mencari tempat untuk solat berjama’ah. Kemudian saya ijin kepada teman untuk meminjam hp menhubungi adik saya yang ada di Indonesia untuk memblokir kartu AtM saya. Setelah banyak istighfar, teman saya yang seorang ibu berkata  “ sudah ikhlasin saja, inikan rumah Alloh. Nanti Alloh ganti yang lebih baik lagi, kita doain aja orang yang mengambil cepat sadar.” MasyaAlloh kata-kata ibu itu langsung menyadarkan saya, ini masjidil haram, rumah Alloh mungkin yang mengambil dompet saya butuh uang untuk kebutuhan mendesak dia. Langsung saya istighfar terus dan berdoa, ya Alloh saya tarik kembali doa yang tadi didepan ka’bah untuk orang yang mengambil dompet saya. insyaAlloh saya ikhlas.. itu saya ucapkan terus sampai didepan halaman masjidil haram. Hanya saya berkata dalam hati setelah pulang umroh banyak yang harus saya urus mengenai kartu-kartu saya yang ada didompet. Namun sesaat kemudian hati kecil saya ada yang membisikan “dompet kamu balik”. Hanya berguman dalam hati, “gimana baliknya? Kan besok saya sudah harus pulang ke Indonesia” sesampai di Hotel tidak ada yang tau cerita ini kecuali ustad dan teman sekamar saya.

Berkawan bersaudara

Malamnya kami packing karena besok setelah dhuha kami harus cek out dari hotel. Persaudaraan semakin terasa dengan teman-teman sekamar hotel di Madinah dan Mekah yang berjumlah 4 orang. Kami banyak cerita saat dikamar hotel tentang profesi kami, tentang keluarga, tentang hal-hal lucu lainnya, bahkan bila kami sedang mengobrol kami terlewat tertawa terbahak-bahak yang menyebabkan kelompok kami dikamar sebelah menegur. Banyak yang sudah kami lalui bersama selama 8 hari, ibadah bersama, menegobrol bersama, makan bersama, bahkan kami saling tolong menolong. Tak terasa besok kami sudah harus pulang ke Indonesia, rasa ingin tetap ada di Mekah itu masih berat sekali.
Setelah solat shubuh kami melakukan tawaf wada’, tawaf perpisahan, berasa berat sekali untuk meninggalkan Masjid, saya berdoa semoga dapat kembali lagi beribadah ke sini bersama keluarga kecil saya. Kemudian saya masih tetap di Masjid sampai solat fajar lalu kembali ke hotel untuk siap-siap sarapan dan berkumpul di loby untuk melanjutkan perjalanan ke Jeddah, mampir dipertokoan di jeddah untuk sekedar membeli oleh-oleh yang belum terbeli. Ternyata banyak jama’ah dari Indonesia yang datang kemari, disana juga menerima pembayaran dengan uang IDR. Ada tukang bakso ala Indonesia, ada kurma muda, dan segala pernak-pernik ala Arab buat buah tangan kami. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke bandara King Abdul Aziz. Menunggu dari sebelum ashar sampai maghrib, selesai solat tidak lama pengumuman keberangkatan pesawat ke Indonesia, kami boarding pass, pengecekan paspor, visa, checking koper dll lalu menuju pesawat.

Tiba di Tanah Air Tercinta


Tiba di Indonesia pukul 09.30 pagi. Teman-teman banyak yang menawarkan jasa, dan uang untuk bisa kembali ke rumah namun saya tolak, ternyata saya masih punya saving uang di aplikasi online untuk memesan mobil, dijalan bapak nampaknya berasa mual dan kecapean, saat hampir sampai dekat rumah...dimobil bapak muntah banyak karena kecapean dan masuk angin, Alhamdulillah sampai rumah sekitar pukul 11.45 sebelum solat jum’at dimulai. Bapak istirahat dikamar beliau tidak bisa solat jum’at karena kondisi sakit, dan saya bebenah koper-koper.
Selang sekitar 1 jam, pintu rumah saya diketuk oleh seorang bapak, saya yang masih menggunakan mukena lalu keluar, dan si Bapak itu bertanya “ bu, ibu dari umroh ya?..”, “dompet ibu ilang ya?..” saya terkejut si Bapak itu tau dompet saya hilang. Lalu saya katakan benar memang baru pulang 1 jam yang lalu dan dompet saya hilang di Mekah. Si Bapak mengatakan bahwa temannya ngeshare dompet berikut kartu-kartunya dan ada alamat ibu, makanya saya datang kesini.. Betapa kagetnya saya mendengar penjelasan si Bapak itu. Alhamdulillah dompet saya ketemu. Kemudian saya dikasih no kontak orang yang memegang dompet saya itu.
Benar adanya yang dibisikan malaikat ke saya, dompet saya kembali...
Mengapa dompet saya hilang itu yang jadi pikiran saya 2 hari setelah tiba di Indonesia, saya dapat jawabannya setelah menelusuri sendiri setiap aktifitas dan cerita sebelum saya berangkat umroh. Jadi saya itu punya kebiasaan berinfak setiap bulannya entah ke masjid2, atau ke yatim piatu, dll. Sebelum berangkat uang infak tersebut saya titipkan ke My father untuk disalurin ke masjid, namun bapak belum dapat masjid yang tepat untuk disalurkan sampai hari H kami akan berangkat, lalu saya mintalah uang infak tersebut dari Bapak, saya berpikir gak usah jadi karena saya sudah infak ke adik saya sendiri sebelum berangkat. Disinilah akar permasalahan saya, mengambil kembali uang yang sudah saya niatkan untuk di infakkan, belum terlaksananya infak tersebut sampai saya melakukan perjalanan umroh. Itulah kenapa saya dapat teguran dari Alloh ditanah haram.

Cerita My Father selama Umroh

Bapak saya umur 69 tahun, masih energi dan alhamdulillah sehat, bahkan lebih lincah bapak dibandingkan saya. Keinginannya untuk umroh sudah lama dan saya memang menjanjikan, alhamdulillah setelah saya tawarkan lagi mau atau tidak untuk umroh dengan jawaban yang mantap “MAU”. Akhirnya saya mengurus segala keperluan bapak dari mulai paspor, gamis, dll. Kelemahan bapak itu kalo naik mobil selalu mabok, padahal waktu masih kerja baik-baik saja. Selama umroh ternyata shaf laki-laki dan wanita itu pisah, akibatnya saya tidak bisa menjaga full bapak saat di Madinah ataupun di Mekah, Hanya sebatas lihat keadaan saat dihotel. Dikelompok umroh saya, kebetulan bapak lah umurnya yang paling tua sedang yang lain masih muda-muda. Saya sudah titip bapak ke ustad yang saya kenal, dan alhamdulillah benar-benar dijaga. Tapi pernah kejadian di Madinah, Bapak tersesat sendiri karena ikut muthowifnya dan kebetulan muthowifnya iu ada keprluan mendadak dan harus pergi. Tinggallah bapak sendiri dan bingung, dan akhirnya dia telusuri jalan Madinah dan ketemu saya didepan hotel. Ceritalah bagaimana bapak tersesat. Akhirnya saya menghadap ke ustad agar bapak saya selalu didampingi. Alhamdulillah sejak kejadian itu bapak selalu didampingi oleh 2 “malaikat”(pemuda) yang selalu setia. Kemanapun bapak pergi selalu dikawal. Saya jadi tidak khawatir lagi selama ibadah umroh di tanah suci tentang keberadaan bapak yang lagi apa, sedang dimana. Kami punya group Umroh disitu saya bisa liat aktifitas bapak bersama 2 “malaikatnya”. Bahkan Bapak melebihi aku ibadahnya, beliau bisa ke makam baki tiap habis shubuh, ke Roudhoh setiap habis solat isya, solat di hijr ismail 4x, keatap masdijil haram duluan. Masya Alloh, Alloh telah menuntun saya memilih biro perjalanan ini ternyata ada maksud dan tujuannya. Saya bersyukur sekali atas rizky, bimbingan dan petunjuk dariNYA.



Itulah perjalanan umroh saya dengan segala cerita kejadian diluar nalar manusia, wa allahu alam bi sowab. Setiap orang punya cerita masing-masing dibalik perjalanan umrohnya. Semoga bisa diambil  pelajaran dari cerita saya ini dan semoga bermanfaat. Aamiin..

    


klik disini tour to jabal uhud

No comments:

Post a Comment