Sudah lama sekali saya
merencanakan berangkat umroh bersama my father. Dengan mengumpulkan
uang, menabung dari sisa gaji setiap bulannya. 1 Februari 2017 saya
mendaftarkan diri ikut umroh melalui biro perjalanan fisrt travel, sebelum saya
meyakini ikut biro perjalanan ini, saya
sudah mencari info-info terkait biro umroh tersebut. Rekomendasi teman sangat
saya percaya ditambah lagi dari penelusuran via web dan sosial media yang
sangat akurat. Akhirnya saya jatuhkan biro perjalanan umroh ke fisrt travel,
namun setelah membayar ternyata saya mendapatkan antrian yang agak panjang
sampai ke tahun 2018, kagetlah saya, karena tidak menanyakan jadwal
keberangkatan secara pasti kepada agen. Akhirnya terima nasib karena uang sudah ditransfer tidak bisa direfund kalaupun
bisa saya kena 30% pengembalian dana. Baru sekitar 3 bulan menunggu, ternyata
saya lihat di TV kasus fisrt travel mencuat innalillahi wa inna ilaihi
roojiuun seperti disambar petir disiang bolong, bukan saya saja yang
menunggu diberangkatkan namun ada ribuan orang yang sudah membayar namun gagal
berangkat. Sedih, bingung, galau, semua campur aduk. Yang awalnya ingin sekali
memberangkatkan umroh orangtua akhirnya kandas dengan adanya kasus ini. Ini
mungkin cobaan dan ujian terhadap saya, namun saya berdoa semoga Alloh
memberikan kelebihan rizky lagi untuk saya, sehingga saya bisa menjalankan
ibadah umroh yang sudah diniatkan.
Mendaftar Umroh Lagi
Alhamdulillah doa saya terkabul, simpanan uang saya terasa cukup untuk melakukan perjalanan Umroh berdua dengan my father.Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun semenjak kejadian itu, hati saya terketuk untuk mencari biro perjalanan umroh lagi, kali ini saya lebih hati-hati mencarinya, saya lebih detail menanyakan semua tentang perjalanan umroh, dari sebelum berangkat, pesawat, hotel, tim, manasik, dll semua saya tanyakan sampai keakuratan biro perjalanan tersebut di Departemen Agama. Tanggal 4 Februari 2019 saya bayar untuk perjalanan umroh dengan Bapak dari biro perjalanan TAKASA, travelnya dekat rumah, pelayanannya sangat ramah bahkan kami diajak bareng menuju bandara Soeta, setelah manasik dan pembagian koper dan perlengkapannya, serta mendapat cheking pesawat tanggal terbang dan tanggal pulang, akhirnya tanggal 23 Februari 2019 saya dengan my father berangkat Umroh dengan pesawat Saudi landing Madinah.
Karena ini adalah pengalaman
saya pertama kalinya umroh, sebenarnya agak takut dan kikuk, dari mempersiapkan
baju-baju untuk disana lalu perlengkapan pribadi semua saya list satu per satu.
Untuk yang umroh ambil 9 hari saya membawa baju gamis plus bergo 5 stel, baju
tidur 3 stel, kaos kaki 3 pasang. Sebenarnya kosmetik untuk umroh itu hanya
perlu krim pelembab karena perbedaan cuaca antara Arab dengan Indonesia itu
tidak terlalu berbeda. Dan obat-obatan yang sekiranya untuk pribadi. Tapi
jangan khawatir di Madinah dan Mekah banyak toko-toko baju dan komestik/obat
disekitaran hotel jadi bila ada yang kurang-kurang bisa membeli disana,
harganya gak jauh berbeda dengan di Indonesia.
Menginjakan kaki di Madinah
Jadwal keberangkatan
ternyata kena delay, seharusnya berangkat dari bandara Soeta jam 15,00 harus
maju ke jam 17.30 wib. Ini menyebabkan jadwal kami pun sedikit meleset dari
perkiraan. Transit di bandara Jeddah sudah jam 01.00 dan melanjutkan perjalanan
ke Madinah landing sekitar jam 02.30 kemudian kami berangkat menuju hotel. Saat
perjalanan menuju hotel Madinah dari kejauhan sudah terlihat menara-menara
mesjid Nabawi ada perasaan haru tiba dihati saya, rasa rindu yang sudah
tertahan lama akhirnya kini benar-benar merasakan dekat sekali denganmu wahai
rasul. Istirahat di hotel sekitar 30 menit setelah pembagian kamar hotel,
kemudian kami siap-siap untuk solat shubuh berjamaah bergabung dengan jutaan
orang muslim seluruh dunia. Perdana solat shubuh saya kebagian dihalaman luar
masjid karena petugasnya sudah katakan penuh didalam masjid. Iklim di Madinah
begitu dingin menusuk persendian diwaktu shubuh dan sejuk diwaktu siang, sinar
matahari tidak menyengat, dan angin sangat semilir. Saya berdampingan dengan
orang Indonesia yang sudah beberapa hari ada di Madinah. Sangat familiar sekali
banyak orang-orang Indonesia yang bisa kita jumpai di Madinah dengan syal biro
perjalanannya. Biasanya bila bertemu di Masjid dan di Hatel lalu bertegur sapa.
Setelah solat subuh dilanjutkan dengan dzikir, kami kembali ke hotel untuk merapikan
tas koper kami yang masih berantakan, istirahat dan berkenalan dengan teman
sekamar. Setelah itu kami menuju tempat makan hotel, disana sudah ramai dengan
rombongan-rombongan Indonesia dari berbagai biro perjalanan. Makanannya pun
bervariasi terkadang menu Arabian terkadang menu Indonesian.
Hotel kami berdekatan dengan
gate/pintu 16, masjid Nabawi tertutupi oleh megahnya hotel-hotel yang ada disekitaran
masjid. Pintu masjid Nabawi ada 25 gate. Pintu 25 adalah untuk kami menuju Roudhoh.
Diselasar/ halamannya ada payung-payung raksasa dan karpet untuk solat, tersedia
juga kran-kran air zam-zam didekat gate 16, untuk toilet muslimah letaknya agak
jauh dari pintu masjid dan toilet menggunakan eskalator turun karena terletak
didalam dan dibawah, banyak kamarnya toiletnya namun aromanya kurang
bersahabat, saya juga melihat tempat untuk menitipkan barang berharga dan charge
hp di depan selasar. Setiap gate/pintu ada 2 penjaga. Sebelum masuk masjis Nabawi
ada loker untuk penyimpanan sandal. Ada cerita menarik tentang ini, karena kami
semua perdana di Madinah, kami percaya diri saja menaruh sandal diloker masjid
lalu kami itikaf sampai dhuhur selesai, kemudian kami akan kembali ke hotel
namun terkejutlah ada beberapa sandal kawan termasuk sandal saya yang sudah
tidak ada dilokernya, paniklah kami mencari setiap sela-sela masjid. Saya
menemukan sandal saya ada di plastik wajah ibu-ibu Arab entah dari mana
asalnya.. lalu saya ambil saja, si ibu itu hanya diam melihat. Dan beberapa
kawan sandalnya tidak ketemu,, akhirnya pulang ke hotel tanpa sandal. Di
beberapa titik didalam masjid tersedia bergalon-galon air zam-zam ada yang cold
dan not cold. Disetiap tiangnya sudah tersedia mushaf-mushaf al Qur’an
dari yang kecil sampai yang besar ada semua. Dan juga tersedia kursi-kursi
kecil untuk yang tidak kuat sujud. Hari
ke dua di Masjid Nabawi saya solat digate 17 saat memasuki pintunya, berasa
saya seperti (de javu) sudah pernah melihat/sudah pernah datang dengan
melihat ornamen-ornamen yang ada didalam masjid Nabawi dan memang posisi saya
sedang berjalan dengan kawan-kawan dan menuju shof sholat. Karena sebelum ke
masjid Nabawi saya belum pernah tau didalam masjid Nabawi itu seperti apa. Waallahualam
bisowab.
Ke Roudhoh
Selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
saat di Madinah. Kami selalu berangkat diawal waktu terkadang jam 09.00 sudah
itikaf di Masjid sampai waktu dhuhur, kemudian pulang sebentar ke hotel hanya
untuk makan siang kemudian kembali lagi ke masjid sampai waktu ashar. Kemudian
kembali ke hotel untuk mandi dan siap-siap lagi ke masjid untuk itikaf menunggu
solat maghrib dan Isya. Ustad mengajak kami mengunjungi Roudhoh bersama
muthawif, yang saya bilang karena ini pengalaman pertama sepertinya ada rasa
deg-degan, rasa kangen, haru, gembira, exited saat perdana kami akan ke Roudhoh.
Setelah solat Magrib kami berkumpu di depan loby hotel kemudian kami berangkat,
ini benar-benar mengambil langkah seribu karena azan solat isya sudah
berkumandang posisi kami masih di gate 16 dan kami harus berjalan cepat menuju
gate 25 luarbiasa, alhamdulillah kami masih dapat tempat didalam masjid
untuk melaksanakan solat isya, setelah itu kami diberjalan menuju Roudhoh.
Ternyata banyak sekali muslimah yang sudah menunggu di pintu Roudhoh, saat
pintu Roudhoh dibuka kami berdesak-desakan untuk masuk walaupun disitu sudah
ada penjagaan, tetap saja gelombang manusia amat sangat banyak dan padat. Saat
masuk Roudhoh, kita kan bertemu makam Rasulullah SAW, dan 2 sahabatnya (Abu
Bakar dan Umar R A), yang ditutupi oleh kain warna hijau mengkilat dan tulisan
Arab, kemudian kedepan kita akan mendapati karpet hijau dan mimbar Rasulullah
SAW. Disitu kita bisa solat dan berdoa sebanyak mungkin karena itu tempat yang
paling mustajab untuk terkabulnya doa. Karena banyak yang ingin solat dan
berdoa, muslimah jadi gak terkontrol banyak yang kedorong-dorong dan terinjak,
kami yang ingin solat dan berdoa pun harus dipagari dengan membuat lingkaran.
Namun saat ke Roudhoh yang kedua dan ketiga kali kami sudah mengetahui
tekniknya, alhamdulillah bisa solat dan berdoa dengan khusu’. Mau tau teknik
kami bisa khusu berdoa di Rodhoh? Tetap masuk berdesak-desakkan karena Roudhoh
untuk muslimah selalu padat, namun kami mencari celah ke pinggir kiri terus
dipinggir jalan sedikit demi sedikit untuk mencapai depan, nah bila sudah didepan
kami bisa solat sepuasnya dengan bergantian.
Menikmati Indahnya Madinah di sore hari.
Pernah saya dengan 3 kawan
saya tertinggal untuk ke Roudhoh setelah solat dhuhur, padahal kami pun solat
di gate 25 namun kami kebawa arus keluar masjid. Akhirnya kami mencari udara
segar menikmati suasana di kota nabi. Berjalan menyusuri koridor-koridor toko
dan hotel sekitar masjid, membeli secangkir kopi di sore hari, mengantre ATM
berbaur dengan muslim lainnya yang juga menikmati suasana sore, suatu hal yang
baru melihat laki-laki berjalan rukun dengan 2 sampai 4 istrinya dan
anak-anaknya, melihat-lihat buah tangan yang akan kami bawa, dan sampailah kami
dibelakang pertokoan antara pasar madinah dan terminal bus antar kota, dengan
ditemani sinar matahari yang mulai tenggelam ke barat dan semilir angin yang
sejuk, kicauan burung-burung yang terbang hinggap diatap-atap pertokoan dan
selasar taman, mengejar burung-burung yang terbang rendah, melihat kejauhan
bukit-bukit yang bersusun indah, sayup-sayup terdengar gemuruh suara pasar dan
suara konektur yang menawarkan jasa, indah sekali suasana sore di Madinah. Dan
orang-orang Madinah yang begitu ramah menyapa dan fasih bahasa Indonesia
menambah nyaman kami tinggal dan ingin berlama-lama di kota nabi SAW. Setiap
kami kunjungi toko-toko disana, mereka pasti menyapa ramah kami, dari
wajah-wajah kami memang sudah gampang ditebak Indonesia. Bukan itu saja..
mereka berusaha mengajak berbincang tentang keluarga, mereka sangat jujur
sekali keinginannya menambah 1-2 istri, lalu menanyakan kami di Indonesia
bagaimana, dan cerita apa saja yang bisa membuat kami bahagia tertawa bersama
walau kami tidak jadi membeli ditokonya tetap mereka tersenyum. Mereka akan menutup tokonya disaat azan
berkumandang dan membuka kembali tokonya setelah selesai solat, andai di
Indonesia bisa disiplin seperti itu. Belum lengkap rasanya jika tidak menikmati
kuliner khas Madinah Kebab dan ayam goreng al Baik. Dan sedikit oleh-oleh khas
Madinah yang saya beli adalah Sajadah warna hijau seperti di Roudhoh dan sedikit
kurma nabi.
Hari Terakhir di Kota Nabi
3 hari sudah kami ada dikota
nabi, Malamnya kami packing koper untuk menuju ke Mekah. Masih begitu berat
meninggalkan kota nabi tercinta ini dengan suasana kotanya yang nyaman, damai,
indah, sejuk, orangnya ramah, tapi kami masih hrus melakukan Ibadah Umroh ke
Kota Mekah. Setelah solat dhuha kami sudah memakai pakaian ihrom untuk
bersiap-siap menuju kota Mekah, koper-koper dimasukan kedalam bus lalu kami
berangkat, perjalanan sekitar 6 jam menuju kota Mekah dengan menggunakan bus,
sekarang ada kereta cepat dan bisa ditempuh dengan waktu lebih cepat sekitar 2
jam. Kami mengambil miqat di Beer Ali (sumur Ali) dengan melaksanakan solat
tahiyatul masjid dan niat umroh 1, saat niat sudah terucap segala larangan
sudah harus dihindarkan termasuk memakai wangi-wangian dan meminta maaf kepada
orangtua dan suami serta anak, diperjalanan melafazkan kalimat talbiah. “Labaikallahumma
labaik, labaikala syarika laka labaik...”. Kami istirahat sebentar di rest
area, memberi waktu pada sopir untuk makan dan ngopi, dan kami pun bisa ke
toilet dan mengambil wudhu kembali. Namun ada kejadian yang menimpa saya
disini. Sebenarnya kita kalo dikota haram Madinah dan Mekah tidak boleh berkata
buruk maupun punya pikiran buruk, saat di rest area sebelum saya turun
saya mengingatkan diri sendiri agar tidak kesandung karena tanah berbatuan,
namun setelah saya turun dari bus dan baru berjalan 2 langkah saya terjatuh
terperosok ditanah bebatuan sampai saya khawatir tangan saya berdarah, tapi
anehnya tidak ada yang melihat, seperti ada yang menyengkat kaki saya saat saya
baru berjalan. Saya lalu terus beristighfar mohon ampun kepada Alloh. Bukan itu
saja, setelah saya sudah kembali duduk di bus, saya tengok ke belakang melihat my
father apakah ada atau tidak, ternyata bapak turun untuk ngopi. Gak lama
kemudian bus jalan, saya berguman lagi dalam hati jangan sampai Bapak
ketinggalan bus, baru saja busnya belok dari arah spion kiri sopir melihat ada
yang berlari kecil dan ternyata Bapakku,, Ya Alloh aku beristighfar disepanjang
perjalanan menuju Mekah. Rasa meyesal, takut, berdosa ada dipikiranku selama
perjalanan.
Tiba Di Kota Mekah
Perjalanan dari Madinah ke
Kota Mekah melewati gunung dan bukit-bukit berbatu yang cadas, hamparan dari
kanan dan kiri jalan hanya gunung-gunung bebatuan. Terbayanglah saat jaman
Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Mekah ke Madinah dan sebaliknya.
Dengan menyusuri gunung-gunung dan hamparan tanah yang berbatu cadas. Betapa
perjuangan yang sangat berat bila tanpa kendaraan atau tanpa memakai alas kaki
yang memadai. Ya Alloh... Maha Adil Engkau, menciptkan manusia-manusia tangguh
pada saat jaman Rasuullah SAW dengan kondisi alam seperti ini. Saat muthawif
bilang kita tidak lama lagi akan sampai ke Kota Mekah, jantungku makin berdegap
kencang, makin banyak saya berdzikir kepada Alloh SWT, saya melihat kota mekah
yang terang dan dengan gedung-gedung dan rumah yang bagus nampak begitu anggun
kota Mekah dimalam hari. Tiba kami didepan hotel tempat penginapan kami sekitar
pukul 22.30, kami turun dan mengucapkan alhamdulillah namun saya melihat
My Father sudah duduk lemas didekat tangga hotel, ternyata Bapak mabuk
perjalanan darat kemudian saya bawa bapak masuk kedalam hotel dan duduk lemas
di loby hotel. Pikiranku hanya 1 yaitu mengoleskan minyak angin beruang ke
kepala, leher dan badannya ternyata saya ditegur oleh satpam hotel “La..La...”
kemudian dia menunjuk ke pakaian ihrom Bapak, Deeeg... baru sadar saya
bahwa minyak angin juga tidak boleh dioles saat mau ihrom.. bingung, campur panik
campur-campur,,, bapak sudah harus istirahat dikamar dan dia gak mungkin
mengikuti umroh yang pertama bareng-bareng. Setelah dikasih obat migran, Bapak
tertidur pulas..dan saya turun ke loby hotel untuk bergabung dengan kelompok
jamaah saya.
Masdijil Haram
Kami menuju ke masjidil
haram lalu melaksanakan solat isya dan jamak magrib berjama’ah, kemudian kami
menuju ke ka’bah untuk melakukan tawaf.
Dan inilah saat perdana saya
dan kawan-kawan melihat Ka’bah dari jarak sangat dekat sekali. Tiba-tiba kami
semua haru menangis seakan tidak percaya apa yang kami lihat itu (Ka’bah)
seperti mimpi. Setelah itu kami melakukan ibadah ihrom dari tawaf 7 kali putaran
kemudian solat didekat maqom Ibrahim berdoa, kemudian minum air zam-zam lalu
Sai antara bukit Shafa dan Marwa, Tahalul dan kembali ke hotel sekitar pukul
01.00. kami istirahat tidur sebentar kemudian jam 03.00 kami sudah harus
siap-siap ke masjidil Haram lagi untuk itikaf dan beribadah disana. Bak seperti
disiang hari, masjidil Haram selalu penuh dan ramai walaupun waktu sudah
menunjukan jam 00.00 atau jam 02.00 waktu setempat, saya masih harus menghapal
gate yang ada di Masjidil Haram karena berbeda dengan di masjid Nabawi.
Bangunan masjidil Haram
sangat megah, tempat solat ikhwan dan akhwat didalam pun masih begitu luas,
pernah nyasar didalam Masjid karena begitu banyak orang dan luas entah harus
kekanan atau kekiri, banyak jamaah yang tersesat ini saya alami saat kami
sedang mencari jalan keluar ada rombongan dari Indonesia juga yang sedang
bingung mencari jalan didalam masjid karena kurangnya tanda untuk arah keluar. Pintu
masjid pun ada sekitar 4 pintu utama, dan yang saya hapal adalah King Abdl
Aziz, Hijr Ismail. Tempat Sai juga ada beberapa tingkat, kami ambil yang paling
bawah agar memudahkan ibu-ibu yang tidak kuat naik. Akan begitu Indah melihat suasana
Ka’bah dari atap, kami naik melalui eskalotor samping pintu kecil. Diatap bisa
melihat secara luas bangunan Masjidil haram, menara air zam-zam, dan jam gadang
yang sagat besar. Namun diatas anginnya sangat kencang, bagi saya yang sering
masuk angin tidak bisa berlama-lama di atap masjid. Terkadang saya dan
teman-teman juga menjelajah pintu lain dan tetap mencari jalan keluar. Sama seperti
di masjid Nabawi, di Masjidil Haram juga tersedia banyak galon-galon air
zam-zam.
Benar saja kata orang, kalo
sudah ibadah di tanah suci itu tidak ingat dengan kampung halaman. Seperti ada
magnet/kekuatan yang besar di Mekah, kami selalu semangat untuk ibadah-ibadah
dan ibadah, tidak ada sedikit pun rasa lelah, sakit, atau pun capek. Saya pikir hanya saya yang merasakan
hal tersebut, ternyata seluruh jamaah juga merasakannya. 4 hari kami melakukan
ibadah di Masjidil Haram, start sebelum shubuh sekitar jam 03.00 dari hotel,
lalu kami berjalan sekitar 500meter ke masjid dan baru kembali lagi pukul 09.00
aau ba’da dhuha untuk sarapan di hotel, kemudian kami akan kembali lagi pukul
10.30 sebelum dhuhur. Aktifitas kami banyak di Masjid, ke hotel hanya untuk
makan dan tidur saja.
Ihrom kedua kami lakukan dihari
ke 3 saat kami di Mekah, setelah sarapan kami berkumpul di loby hotel dan sudah
menggunakan baju/gamis putih, sebelum berniat ihrom, kami diajak jalan-jalan
napak tilas tentang tempat-tempat yang bersejarah dikota Mekah. Perjalanan dimulai
pukul 09.00 . Planning kami saat ba’da dhuhur kami sudah kembali lagi di hotel
agar tidak tertinggal solat wajib dhuhur berjama’ah.
Tempat bersejarah di Mekah dan Umroh ke Dua
Bus mulai berjalan, saya
duduk kursi pertama dikanan dekat sopir, muthowif ada didepan siap-siap
menjelaskan tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Dengam menelurusi
jalan-jalan di kota Mekah, kami mendengarkan cerita sejarah dari muthowif kami,
Jabal Nur (Gua Hiro),Jabal Tsur, makam Ma’ala, Ji’ronah, Jabal Rohmah (Arofah),
Jabal Uhud.
Setelah selesai ke
tempat-tempat sejarah, kami bermiqot di masjid ji’ronah. Kami melakukan solat
tahiyatul masjid kemudian kemabali ke bus dan berniat ihrom kedua. Untuk umroh
kedua ini bisa untuk diri sendiri atau untuk orangtua yang telah tiada. Saya
niatkan umroh untuk ibu saya almarhumah. Perjalanan agak macet untuk kembali ke
Mekah baru sekitar pukul 11.45 kami tiba. Ada kelompok dari kami yang
memutuskan solat duhur di Hotel kemudian makan, ada yang memutuskan ikut solat
di Masjid tanpa makan siang dihotel. Saya ikut langsung solat di Masjid tanpa
makan. Akhirnya saya dan rombongan bergegas untuk ke masjid agar kebagian
tempat untuk solat dhuhur, setelah itu jam 14.00 kami tunggu di dekat toilet
kelompok kami yang tadi memutuskan untuk solat di hotel. Toilet 4 menjadi
penanda buat saya dan teman-teman untuk janjian bila ada salah satu dari kami
yang berpencar. Ada keanehan didekat selasar masjidil haram, perbatasan antara
keramik masjid dengan aspal dihalaman masjidil haram, saya berdiri disitu
sekitar 10 menit namun seperti merasakan buminya itu bergerak/goyang seperti
gempa namun tidak gempa. Dan teman-teman saya pun merasakan hal yang sama tapi
tidak merasakan bila ada didalam masjid atau halamannya (keramik halaman
depan). Sempat 2x menunggu teman dihari yang berbeda masih merasakan bumi itu
bergerak/goyang.
Setelah semua anggota
kelompok sudah berkumpul akhirnya kami siap untuk melaksanakan umroh yang kedua
ditengah hari sekitar jam 14.30 dan itu ka’bah sedang terik dengan matahari
agak condong ke Barat. Alhamdulillah,Tapi kami tidak merasakan panas dan kaki
terbakar saat thawaf. Kemudian lanjut
ibadah Sai, catatan dari saya, jika ahwat yang kakinya tidak kuat dingin
sebaiknya membawa sepatu khusus Sai, karena sai pertama saya merasakan kaki
mulai ba’al hampir mati rasa karena dinginnya lantai.Setelah semua rukun ihrom
sudah kami jalani dilanjutkan dengan solat ashar. Alhamdulillah sudah
lengkaplah umroh kami, sekarang tinggal melaksanakan ibadah-ibadah
pribadi/sendiri.
Peristiwa Saat Tawaf
Alhamdulillah saya sudah
hapal gate yang harus saya lalui saat datang dan pulang di masjidil haram, jadi
ketika teman-teman saya memutuskan untuk berbelanja, saya tetap fokus ibadah
karena saya sudah beli oleh-oleh di Madinah. Ke Masjidil haram yang saya incar
hanya satu yaitu bisa solat dekat ka’bah. Karena kalo kebelakang bahkan
dilantai dua atau ruangan lain ka’bah tidak bisa terlhat. Saya masih senang
memandang ka’bah. Bahkan bila ke masjidil Haram dengan teman, kami sempatkan
untuk thawaf sebelum solat atau sesudah solat untuk bisa menyentuh ka’bah, menyentuh
hajar aswad, solat di dekat makam ibrahim, solat di hijr ismail. Alhamdulillah bisa
semua kecuali menyentuh hajar aswad. insyaAlloh lain kali umroh bisa berhasil.
Ada beberapa pengalaman
berkesan saat saya Tawaf, satu diantaranya yaitu saat tawaf dimalam hari hanya
berdua dengan teman, kami sudah itikaf dari sebelum maghrib dan mencari tempat
yang dekat Ka’bah, setelah solat maghrib kami siap-siap untuk tawaf, namun yang
biasanya sandalku itu masuk ke tas entah kenapa itu tertinggal ditempat saya
solat, saya mengisi botol dengan air zam-zam dan meminum sedikit lalu sisanya
saya taruh ditas. Sudah sampai depan ka’bah lalu saya dengan teman mulai tawaf.
Putaran demi putaran kami lalui berharap bisa sampai depan dan menyentuh hajar
aswad, dan saat putaran ke 4 kami sudah bisa didekat hajar aswad dan sedikit
lagi, namun saya kelempar keluar dan disana saya lihat 2 orang tinggi besar
yang satu berkulit hitam dan 1 lagi berkulit putih hampir menyikut badan dan
tangan saya. Alhasil bibiir saya terluka dan bengkak terkena tangan dan saya
lihat tas saya yang ada didepan badan saya sudah terbuka, dan saya lihat dompet
saya hilang. Shock berat... yang ada dipikiran saya saat itu adalah bagaimana
saya kembali ke tanah air. Saya mengadu kepada penjaga mereka angkat tangan
semua, kemudian saya menangis dan merangsek kedepan ka’bah berdoa agar dompet
saya kembali dan memohon kepada Alloh untuk memberikan hukuman pada yang
mengambil dompet saya. Saya masih menangis dalam keadaan shock banget. Azan isya
berkumandang... saya hentikan pencarian dan mencari tempat untuk solat berjama’ah.
Kemudian saya ijin kepada teman untuk meminjam hp menhubungi adik saya yang ada
di Indonesia untuk memblokir kartu AtM saya. Setelah banyak istighfar, teman
saya yang seorang ibu berkata “ sudah ikhlasin
saja, inikan rumah Alloh. Nanti Alloh ganti yang lebih baik lagi, kita doain
aja orang yang mengambil cepat sadar.” MasyaAlloh kata-kata ibu itu langsung
menyadarkan saya, ini masjidil haram, rumah Alloh mungkin yang mengambil dompet
saya butuh uang untuk kebutuhan mendesak dia. Langsung saya istighfar terus dan
berdoa, ya Alloh saya tarik kembali doa yang tadi didepan ka’bah untuk orang
yang mengambil dompet saya. insyaAlloh saya ikhlas.. itu saya ucapkan terus
sampai didepan halaman masjidil haram. Hanya saya berkata dalam hati setelah
pulang umroh banyak yang harus saya urus mengenai kartu-kartu saya yang ada
didompet. Namun sesaat kemudian hati kecil saya ada yang membisikan “dompet
kamu balik”. Hanya berguman dalam hati, “gimana baliknya? Kan besok saya sudah
harus pulang ke Indonesia” sesampai di Hotel tidak ada yang tau cerita ini
kecuali ustad dan teman sekamar saya.
Berkawan bersaudara
Malamnya kami packing karena
besok setelah dhuha kami harus cek out dari hotel. Persaudaraan semakin terasa
dengan teman-teman sekamar hotel di Madinah dan Mekah yang berjumlah 4 orang. Kami
banyak cerita saat dikamar hotel tentang profesi kami, tentang keluarga,
tentang hal-hal lucu lainnya, bahkan bila kami sedang mengobrol kami terlewat
tertawa terbahak-bahak yang menyebabkan kelompok kami dikamar sebelah menegur. Banyak
yang sudah kami lalui bersama selama 8 hari, ibadah bersama, menegobrol
bersama, makan bersama, bahkan kami saling tolong menolong. Tak terasa besok
kami sudah harus pulang ke Indonesia, rasa ingin tetap ada di Mekah itu masih
berat sekali.
Setelah solat shubuh kami
melakukan tawaf wada’, tawaf perpisahan, berasa berat sekali untuk meninggalkan
Masjid, saya berdoa semoga dapat kembali lagi beribadah ke sini bersama
keluarga kecil saya. Kemudian saya masih tetap di Masjid sampai solat fajar
lalu kembali ke hotel untuk siap-siap sarapan dan berkumpul di loby untuk
melanjutkan perjalanan ke Jeddah, mampir dipertokoan di jeddah untuk sekedar
membeli oleh-oleh yang belum terbeli. Ternyata banyak jama’ah dari Indonesia
yang datang kemari, disana juga menerima pembayaran dengan uang IDR. Ada tukang
bakso ala Indonesia, ada kurma muda, dan segala pernak-pernik ala Arab buat
buah tangan kami. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke bandara King Abdul Aziz. Menunggu
dari sebelum ashar sampai maghrib, selesai solat tidak lama pengumuman
keberangkatan pesawat ke Indonesia, kami boarding pass, pengecekan paspor,
visa, checking koper dll lalu menuju pesawat.
Tiba di Tanah Air Tercinta
Tiba di Indonesia pukul 09.30 pagi. Teman-teman banyak yang menawarkan jasa, dan uang untuk bisa kembali ke rumah namun saya tolak, ternyata saya masih punya saving uang di aplikasi online untuk memesan mobil, dijalan bapak nampaknya berasa mual dan kecapean, saat hampir sampai dekat rumah...dimobil bapak muntah banyak karena kecapean dan masuk angin, Alhamdulillah sampai rumah sekitar pukul 11.45 sebelum solat jum’at dimulai. Bapak istirahat dikamar beliau tidak bisa solat jum’at karena kondisi sakit, dan saya bebenah koper-koper.
Selang sekitar 1 jam, pintu
rumah saya diketuk oleh seorang bapak, saya yang masih menggunakan mukena lalu
keluar, dan si Bapak itu bertanya “ bu, ibu dari umroh ya?..”, “dompet ibu
ilang ya?..” saya terkejut si Bapak itu tau dompet saya hilang. Lalu saya
katakan benar memang baru pulang 1 jam yang lalu dan dompet saya hilang di
Mekah. Si Bapak mengatakan bahwa temannya ngeshare dompet berikut
kartu-kartunya dan ada alamat ibu, makanya saya datang kesini.. Betapa kagetnya
saya mendengar penjelasan si Bapak itu. Alhamdulillah dompet saya ketemu. Kemudian
saya dikasih no kontak orang yang memegang dompet saya itu.
Benar adanya yang dibisikan
malaikat ke saya, dompet saya kembali...
Mengapa dompet saya hilang
itu yang jadi pikiran saya 2 hari setelah tiba di Indonesia, saya dapat
jawabannya setelah menelusuri sendiri setiap aktifitas dan cerita sebelum saya
berangkat umroh. Jadi saya itu punya kebiasaan berinfak setiap bulannya entah
ke masjid2, atau ke yatim piatu, dll. Sebelum berangkat uang infak tersebut
saya titipkan ke My father untuk disalurin ke masjid, namun bapak belum dapat
masjid yang tepat untuk disalurkan sampai hari H kami akan berangkat, lalu saya
mintalah uang infak tersebut dari Bapak, saya berpikir gak usah jadi karena
saya sudah infak ke adik saya sendiri sebelum berangkat. Disinilah akar
permasalahan saya, mengambil kembali uang yang sudah saya niatkan untuk di
infakkan, belum terlaksananya infak tersebut sampai saya melakukan perjalanan
umroh. Itulah kenapa saya dapat teguran dari Alloh ditanah haram.
Cerita My Father selama Umroh
Bapak saya umur 69 tahun,
masih energi dan alhamdulillah sehat, bahkan lebih lincah bapak dibandingkan
saya. Keinginannya untuk umroh sudah lama dan saya memang menjanjikan,
alhamdulillah setelah saya tawarkan lagi mau atau tidak untuk umroh dengan
jawaban yang mantap “MAU”. Akhirnya saya mengurus segala keperluan bapak dari
mulai paspor, gamis, dll. Kelemahan bapak itu kalo naik mobil selalu mabok,
padahal waktu masih kerja baik-baik saja. Selama umroh ternyata shaf laki-laki
dan wanita itu pisah, akibatnya saya tidak bisa menjaga full bapak saat di
Madinah ataupun di Mekah, Hanya sebatas lihat keadaan saat dihotel. Dikelompok umroh
saya, kebetulan bapak lah umurnya yang paling tua sedang yang lain masih
muda-muda. Saya sudah titip bapak ke ustad yang saya kenal, dan alhamdulillah
benar-benar dijaga. Tapi pernah kejadian di Madinah, Bapak tersesat sendiri
karena ikut muthowifnya dan kebetulan muthowifnya iu ada keprluan mendadak dan
harus pergi. Tinggallah bapak sendiri dan bingung, dan akhirnya dia telusuri
jalan Madinah dan ketemu saya didepan hotel. Ceritalah bagaimana bapak
tersesat. Akhirnya saya menghadap ke ustad agar bapak saya selalu didampingi. Alhamdulillah
sejak kejadian itu bapak selalu didampingi oleh 2 “malaikat”(pemuda) yang
selalu setia. Kemanapun bapak pergi selalu dikawal. Saya jadi tidak khawatir
lagi selama ibadah umroh di tanah suci tentang keberadaan bapak yang lagi apa,
sedang dimana. Kami punya group Umroh disitu saya bisa liat aktifitas bapak
bersama 2 “malaikatnya”. Bahkan Bapak melebihi aku ibadahnya, beliau bisa ke
makam baki tiap habis shubuh, ke Roudhoh setiap habis solat isya, solat di hijr
ismail 4x, keatap masdijil haram duluan. Masya Alloh, Alloh telah menuntun saya
memilih biro perjalanan ini ternyata ada maksud dan tujuannya. Saya bersyukur
sekali atas rizky, bimbingan dan petunjuk dariNYA.
Itulah perjalanan umroh saya
dengan segala cerita kejadian diluar nalar manusia, wa allahu alam bi sowab. Setiap
orang punya cerita masing-masing dibalik perjalanan umrohnya. Semoga bisa
diambil pelajaran dari cerita saya ini
dan semoga bermanfaat. Aamiin..
klik disini tour to jabal uhud
No comments:
Post a Comment