Oleh karena
itu, beliau tumbuh dengan pertumbuhan istimewa di antara kabilah Jurhum yang
semua mata mereka tertuju kepada ketinggian tekad dan keberanian beliau.
Ismail AS sampai pada usia
dewasa dan belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Hanya saja, Allah Azza wa
Jalla mengilhamkan bahasa Arab yang fasih kepada beliau, kemudian beliau
berbicara dengannya. Jadi beliau orang pertama yang diciptakan Allah berbicara
bahasa Arab fasih dengan jelas.
Kanilah Jurhum ingin
menikahkan Ismail dengan putri pilihan mereka. Ismail AS melihat salah seorang
dari wanita mereka bernama Shada bi sa’ad. Beliau melamarnya kepada ayahnya
yang kemudian menikahkan beliau dengannya.
Terlihat bahwa Shada binti
Sa’ad bukan wanita ideal dan tidak mengetahui kedudukan Ismail AS. Ia mengeluhkan
kehidupannya dan tidak sanggup menjalani kehidupan yang didalamnya terdapat
sedikit kesulitan.
Setelah Ismail menikah dn Hajr wafat, Ibrahim AS
datang. Ibrahim mengunjungi Ismail dan Ibunya sekali dlam sebulan. Kelihatannya,
kunjungan Ibrahim kali ini adalah kunjungan pertama sejak Ismail menikah. Ketika
Ibrahim datang, Ismail sedang berburu, sedang istri beliau Shada binti Sa’ad
berada di rumah.
Ibrahim AS berdiri di
depan pintu rumah Ismail AS dan berkata, “As-Salamu alaikum.”
Kelihatannya, Shada binti
Sa’ad menjawab dengan jawaban kasar. Ia datang kepada Ibrahim dan melihat
beliau dengan tidak sopan.
Ibrahim bertanya kepda
Shada binti Sa’ad, “Mana Ismail?”
Shada binti Sa’ad
menjawab, “Ismail sedang keluar mencari rezky untuk kami, - Ismail menggembala
kambing-kambing, keluar membawa busur panah, dan memanah hewan buruan.
Dalam riwayat
dikatakan mata pencaharian beliau adalah berburu. Beliau keluar untuk berburu-.
Ibrahim AS diam sesaat,
kemudian berkata kepada Shada binti Sa’ad, bolehkan aku masuk?”
Shada binti Sa’ad menjawab
dengan ketus, “Tidak boleh.”
Ibrahim AS meminta sesuatu
kepada Shada binti Sa’ad, “Apakah ada hak jamuan tamu untukku?”
Shada binti Sa’ad menjawab
dengan kasar dan mengingkari nikmat, “Adapun makanan, maka tidak ada. Sednag kambing,
maka air susunya hanya sedikit. Adapun air, maka seperti yang engkau lihat
sendiri sulit didapatkan.”
Shada binti Sa’ad pun
menceritakan derita hidupnya kepada Ibrahim AS.
Ibrahim AS melihat bahwa
istri Ismail adalah wanita kasar, keras hatinya, dan tidak pantas menjadi ibu
keturunan shalih yang akan mengemban risalah Allah ke timur dan bart. Ketika itulah,
Ibrahim AS menitipkan pesan kepada Shada binti Sa’ad untuk Ismail. Ibrahim AS
berkata kepada Shada bintii Sa’ad, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku
untuknya dan katakan kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.”
Setelah itu, Ibrahim As
pergi ke tempt yang beliau tuju. Ketika Ismail As tiba dirumah, sepertinya
beliau melihat sesuatu. Kelihatannya, beliau mencium bau ayahnya, Ibrahim AS. Ismail bertanya
kepada istrinya, “Apakah ada orang yang dtaang ke mari?”
Shada binti Sa’ad menjawab
dengan enteng, “Ya, tadi ada orangtua yang datang kemari. Ia bertanya tentang
dirimu dan aku pun menjelaskan tentang dirimu kepadanya.”
Ismail AS berkata, “Apakah
orantua tadi bertanya tentang sesuatu kepadamu?”
Shad binti Sa’ad menjawab,
“Orang tua tadi bertanya kepadaku tentang kehidupan dan mata pencaharian kita.”
Ismail berkata,”Apa yang
engkau katakan kepadanya?”
Shada binti Sa’ad berkata,
“Aku jelaskan kepadanya bahwa kita berada dalam kesulitan dan penderitaan.”
Ismail sedih atas perilaku
istrinya dan kekikirannya, karena beliau terbiasa memuliakan tamu seperti
ayahnya, Ibrahim AS.
Ismail bertanya kepada
istrinya dengan ilham Rabbani, “Apakah orang tua tadi menitipkan sesuatu?”
Shada binti Sa’ad berkata,
“Ya, ia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu agar engkau mengganti ambang
pintu rumahmu.”
Ismail berkata kepada
istrinya, “Orang tua tadi ayahku. Dengan pesannya seperti itu, ia menyuruhku
menceraikanmu.”
Ismail berkata lagi kepada
istrinya, “Pulanglah engkau kepada keluargamu.”
Ismail AS pun menceraikan
istrinya untuk melaksanakan perintah ayahnya.
Ismail AS hidup beberapa
lama setelah menceraikan Shada binti sa’ad. Kemudian beliau mencari wanita lain
yang tidak membutuhkan dunia dan perhiasannya guna mencari keridhoan Allah. Ismail
melihat-lihat dan mendapatkan apa yang beliau cari, yaitu wanita bernama Ri’lah
binti Mudhadh bin Amr Al-Jurhumiyah. Ismail melamar Ri’lah kepada ayahnya dan
menikakan putrinya.
As sayyidah, putri Mudhadh
pun pindah ke rumah Ismail AS. Ia memuji Allah ta’ala atas nikmat yang dia
berikan kepadanya, yaitu pernikahan penuh berkah dimana ia merasakan adanya
keberkahan sejak hari pertama pernikahan.
Disisi lain, Ibrahim AS
hidup beberapa lama jauh dari Makkah, Ismail dan istrinya. Pad suatu hari,
Ibrahim AS datang untuk mengunjungi Ismail, namun tidak bertemu dengan Ismail
dan bertemu dengan istrinya, Ri’lah.
Ibrahim AS berkata, “Assalamualaikum
wa Rahmatullah.”
Ri’lah menjawab, “W
alaikumusalam.”
Ri’la menyambut hangat
Ibrahim AS dan mempersilahkan beliau masuk ke rumah. Ibrahim bertanya tentang
Ismail kepada Ri’lah, “Mana Ismail?”
Ri’lah menjawab dengan
santun, “Ia eluar ke bumi Allah untuk mencari rezki untuk kami.”
Ibrahim berkata kepada Ri’lah,
Bagaimana keadaan kalian berdua?”
Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah,
kehidupan kami baik-baik saja. Singgahlah Bapak disini, makan dan minumlah di
rumaha kami, krena kebaikan Allah itu sangat banyak.”
Ketika itulah, Ibrahim AS
bertanya tentang makanankepada Ri’lah, “Apa makanan kalian berdua?”
Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah,
daging.”
Ibrahim bertanya kepada Ri’lah,
“Apa minuman kalian?”
Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah,
susu dan daging.”
Ibrahim bertanya kepada Ri’lah,
“Apakah engkau mempunyai gandum?”
Ri’lah enjawab, “Akan ada,
isnyaAllah, karena kami berada dalam kenikmatan.”
Ibrahim senang dengan
istri Ismail kali ini. Sekarang beliau melihat istri anknya adalah wanita yang
memuji Allah, bersyukur, dan mengetahui kehormatan suami. Ketika itulah Ibrahim
berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, berkahilah makana dan minuman mereka (Ismail
sekeluarga).
Ibrahim menoleh kearah
istri anaknya dan berkata kepadanya, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku
uuntuknya dan suruh dia mempertahankan ambangpintunya, karena ambang pintunya
sekarang ini bagus untuk rumahnya.”
Setelah itu, Ibrahim AS
pulang ke Baitul Makdis, setelah tenang dan damai atas kehidupan Ismail dan
istrinya kali ini.
Ketika Ismail As tiba dari
berburu, beliau mendapati bau ayahnya. Beliau bertanya kepada istrinya, “Aku
mencium bau harum. Apakah ada orang yang datang kepadamu?”
Ri’lah menjawab, “Ya. Ada orang
tua yang paling tampan wajahnya paling harum aromanya, paling baik postur
tubuhnya, bicaranya embut, akhlaknya mulia dan tenang, telah datang ke sini. Orang
tua yang tenang tersebut bertanya
tentang dirimu kemudianaku jelaskan perihal dirimu kepadanya. Ia juga bertanya
tentang kehidupan kita apa saja? Aku jelaskan kepadanya bahwa kita hidup dengan
kebaikan dan karunia dari Allah, kemudian ia mendoakan kebekahan untuk kita.”
Ismail bertanya kepada
istriya, “Apakah orangtua tersebut menitipkan pesan kepadamu?”
Ri’lah menjawab, “Ya, Ia
kirim salam untukmu dn menyuruhku mempertahankan ambang pintumu.”
Ismail berkata denga
berbinar-binar, “Orang tua tadi ayahku dan engkau ambang pintu yang beliau
maksud. Ayahku menyuruhku menahannya (tidak menceraikanmu).
Ri’lah binti Mudhadh
Al-Jurhumiyah. Istri Ismail As adalah wanita kabilah Jurhum yang paling baik
agamanya dan paling suci. Ia wanita subur, kaya cinta, dan ibu anak keturunan
shaihah yang dipilih Alllah azza wa Jalla. Ri’lah melahirkan dua belas anak
laki-lakii. Mereka adalah Nabit (sulung), Qidar, Arbal, Mansya, Masma’, Masyi,
Duma, Adar, Thaima, Yathura, Nabsya, Qaidama. Ismail juga mempunyai anak
perempuan yang bernama Nasmah binti Ismail. Nasmah dinikahi saudara sepupunya
dari jalur ayahnya bernama Aishu bin Ishaq bin Ibrahim.
Ri’lah hidup dan sempat
melihat anak-anaknya menjadi pemimpin Makkah, orang-orang kuat, dan hati mereka
menyatu dengan Baitullah yang dibangun suaminya, Ismail bersama ayahnya
Ibrahim.
No comments:
Post a Comment