Monday, July 15, 2019

KISAH ISTRI NABI ISMAIL




Ismail AS besar dalam asuhan ibunya, Hajr, yang mengasuhnya di atas akhlak muia dan luhur. 
Oleh karena itu, beliau tumbuh dengan pertumbuhan istimewa di antara kabilah Jurhum yang semua mata mereka tertuju kepada ketinggian tekad dan keberanian beliau.

Ismail AS sampai pada usia dewasa dan belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Hanya saja, Allah Azza wa Jalla mengilhamkan bahasa Arab yang fasih kepada beliau, kemudian beliau berbicara dengannya. Jadi beliau orang pertama yang diciptakan Allah berbicara bahasa Arab fasih dengan jelas.

Kanilah Jurhum ingin menikahkan Ismail dengan putri pilihan mereka. Ismail AS melihat salah seorang dari wanita mereka bernama Shada bi sa’ad. Beliau melamarnya kepada ayahnya yang kemudian menikahkan beliau dengannya.

Terlihat bahwa Shada binti Sa’ad bukan wanita ideal dan tidak mengetahui kedudukan Ismail AS. Ia mengeluhkan kehidupannya dan tidak sanggup menjalani kehidupan yang didalamnya terdapat sedikit kesulitan.

Setelah  Ismail menikah dn Hajr wafat, Ibrahim AS datang. Ibrahim mengunjungi Ismail dan Ibunya sekali dlam sebulan. Kelihatannya, kunjungan Ibrahim kali ini adalah kunjungan pertama sejak Ismail menikah. Ketika Ibrahim datang, Ismail sedang berburu, sedang istri beliau Shada binti Sa’ad berada di rumah.

Ibrahim AS berdiri di depan pintu rumah Ismail AS dan berkata, “As-Salamu alaikum.”
Kelihatannya, Shada binti Sa’ad menjawab dengan jawaban kasar. Ia datang kepada Ibrahim dan melihat beliau dengan tidak sopan.

Ibrahim bertanya kepda Shada binti Sa’ad, “Mana Ismail?”

Shada binti Sa’ad menjawab, “Ismail sedang keluar mencari rezky untuk kami, - Ismail menggembala kambing-kambing, keluar membawa busur panah, dan memanah hewan buruan. 
Dalam riwayat dikatakan mata pencaharian beliau adalah berburu. Beliau keluar untuk berburu-.
Ibrahim AS diam sesaat, kemudian berkata kepada Shada binti Sa’ad, bolehkan aku masuk?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan ketus, “Tidak boleh.”

Ibrahim AS meminta sesuatu kepada Shada binti Sa’ad, “Apakah ada hak jamuan tamu untukku?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan kasar dan mengingkari nikmat, “Adapun makanan, maka tidak ada. Sednag kambing, maka air susunya hanya sedikit. Adapun air, maka seperti yang engkau lihat sendiri sulit didapatkan.”

Shada binti Sa’ad pun menceritakan derita hidupnya kepada Ibrahim AS.
Ibrahim AS melihat bahwa istri Ismail adalah wanita kasar, keras hatinya, dan tidak pantas menjadi ibu keturunan shalih yang akan mengemban risalah Allah ke timur dan bart. Ketika itulah, Ibrahim AS menitipkan pesan kepada Shada binti Sa’ad untuk Ismail. Ibrahim AS berkata kepada Shada bintii Sa’ad, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku untuknya dan katakan kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.”

Setelah itu, Ibrahim As pergi ke tempt yang beliau tuju. Ketika Ismail As tiba dirumah, sepertinya beliau melihat sesuatu. Kelihatannya, beliau mencium  bau ayahnya, Ibrahim AS. Ismail bertanya kepada istrinya, “Apakah ada orang yang dtaang ke mari?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan enteng, “Ya, tadi ada orangtua yang datang kemari. Ia bertanya tentang dirimu dan aku pun menjelaskan tentang dirimu kepadanya.”

Ismail AS berkata, “Apakah orantua tadi bertanya tentang sesuatu kepadamu?”

Shad binti Sa’ad menjawab, “Orang tua tadi bertanya kepadaku tentang kehidupan dan mata pencaharian kita.”

Ismail berkata,”Apa yang engkau katakan kepadanya?”

Shada binti Sa’ad berkata, “Aku jelaskan kepadanya bahwa kita berada dalam kesulitan dan penderitaan.”

Ismail sedih atas perilaku istrinya dan kekikirannya, karena beliau terbiasa memuliakan tamu seperti ayahnya, Ibrahim AS.

Ismail bertanya kepada istrinya dengan ilham Rabbani, “Apakah orang tua tadi menitipkan sesuatu?”

Shada binti Sa’ad berkata, “Ya, ia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu agar engkau mengganti ambang pintu rumahmu.”

Ismail berkata kepada istrinya, “Orang tua tadi ayahku. Dengan pesannya seperti itu, ia menyuruhku menceraikanmu.”

Ismail berkata lagi kepada istrinya, “Pulanglah engkau kepada keluargamu.”

Ismail AS pun menceraikan istrinya untuk melaksanakan perintah ayahnya.

Ismail AS hidup beberapa lama setelah menceraikan Shada binti sa’ad. Kemudian beliau mencari wanita lain yang tidak membutuhkan dunia dan perhiasannya guna mencari keridhoan Allah. Ismail melihat-lihat dan mendapatkan apa yang beliau cari, yaitu wanita bernama Ri’lah binti Mudhadh bin Amr Al-Jurhumiyah. Ismail melamar Ri’lah kepada ayahnya dan menikakan putrinya.

As sayyidah, putri Mudhadh pun pindah ke rumah Ismail AS. Ia memuji Allah ta’ala atas nikmat yang dia berikan kepadanya, yaitu pernikahan penuh berkah dimana ia merasakan adanya keberkahan sejak hari pertama pernikahan.

Disisi lain, Ibrahim AS hidup beberapa lama jauh dari Makkah, Ismail dan istrinya. Pad suatu hari, Ibrahim AS datang untuk mengunjungi Ismail, namun tidak bertemu dengan Ismail dan bertemu dengan istrinya, Ri’lah.

Ibrahim AS berkata, “Assalamualaikum wa Rahmatullah.”

Ri’lah menjawab, “W alaikumusalam.”

Ri’la menyambut hangat Ibrahim AS dan mempersilahkan beliau masuk ke rumah. Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada Ri’lah, “Mana Ismail?”

Ri’lah menjawab dengan santun, “Ia eluar ke bumi Allah untuk mencari rezki untuk kami.”

Ibrahim berkata kepada Ri’lah, Bagaimana keadaan kalian berdua?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, kehidupan kami baik-baik saja. Singgahlah Bapak disini, makan dan minumlah di rumaha kami, krena kebaikan Allah itu sangat banyak.”

Ketika itulah, Ibrahim AS bertanya tentang makanankepada Ri’lah, “Apa makanan kalian berdua?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, daging.”

Ibrahim bertanya kepada Ri’lah, “Apa minuman kalian?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, susu dan daging.”

Ibrahim bertanya kepada Ri’lah, “Apakah engkau mempunyai gandum?”

Ri’lah enjawab, “Akan ada, isnyaAllah, karena kami berada dalam kenikmatan.”

Ibrahim senang dengan istri Ismail kali ini. Sekarang beliau melihat istri anknya adalah wanita yang memuji Allah, bersyukur, dan mengetahui kehormatan suami. Ketika itulah Ibrahim berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, berkahilah makana dan minuman mereka (Ismail sekeluarga).

Ibrahim menoleh kearah istri anaknya dan berkata kepadanya, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku uuntuknya dan suruh dia mempertahankan ambangpintunya, karena ambang pintunya sekarang ini bagus untuk rumahnya.”

Setelah itu, Ibrahim AS pulang ke Baitul Makdis, setelah tenang dan damai atas kehidupan Ismail dan istrinya kali ini.

Ketika Ismail As tiba dari berburu, beliau mendapati bau ayahnya. Beliau bertanya kepada istrinya, “Aku mencium bau harum. Apakah ada orang yang datang kepadamu?”

Ri’lah menjawab, “Ya. Ada orang tua yang paling tampan wajahnya paling harum aromanya, paling baik postur tubuhnya, bicaranya embut, akhlaknya mulia dan tenang, telah datang ke sini. Orang  tua yang tenang tersebut bertanya tentang dirimu kemudianaku jelaskan perihal dirimu kepadanya. Ia juga bertanya tentang kehidupan kita apa saja? Aku jelaskan kepadanya bahwa kita hidup dengan kebaikan dan karunia dari Allah, kemudian ia mendoakan kebekahan untuk kita.”

Ismail bertanya kepada istriya, “Apakah orangtua tersebut menitipkan pesan kepadamu?”

Ri’lah menjawab, “Ya, Ia kirim salam untukmu dn menyuruhku mempertahankan ambang pintumu.”

Ismail berkata denga berbinar-binar, “Orang tua tadi ayahku dan engkau ambang pintu yang beliau maksud. Ayahku menyuruhku menahannya (tidak menceraikanmu).

Ri’lah binti Mudhadh Al-Jurhumiyah. Istri Ismail As adalah wanita kabilah Jurhum yang paling baik agamanya dan paling suci. Ia wanita subur, kaya cinta, dan ibu anak keturunan shaihah yang dipilih Alllah azza wa Jalla. Ri’lah melahirkan dua belas anak laki-lakii. Mereka adalah Nabit (sulung), Qidar, Arbal, Mansya, Masma’, Masyi, Duma, Adar, Thaima, Yathura, Nabsya, Qaidama. Ismail juga mempunyai anak perempuan yang bernama Nasmah binti Ismail. Nasmah dinikahi saudara sepupunya dari jalur ayahnya bernama Aishu bin Ishaq bin Ibrahim.

Ri’lah hidup dan sempat melihat anak-anaknya menjadi pemimpin Makkah, orang-orang kuat, dan hati mereka menyatu dengan Baitullah yang dibangun suaminya, Ismail bersama ayahnya Ibrahim.

No comments:

Post a Comment