Sunday, July 21, 2019

NABI YA'QUB dengan 4 ISTRINYA



Ketika ya’qub AS menginjak usia menikah, ayah beliau memberi isyarat kepada beliau agar ke rumah paman dari jalur ibunya, Laban, didaerah Harran di Irak dan melamar salah satu seorang dari kedua putrinya, karena keduanya beriman kepada agama Ibrahim AS.

Ya’qub meniinggalkan tempat kelahirannya di Baitul Makdis dengan tujuan Irak ditemani doa kedua orangtuanua, Ishaq bin Ibrahim dan Rahqah binti Baitul.

Allah SWT memberi wahtu kepada Ya’qub AS, memberi kelebihan diatas seluruh manusia, memuliakan, dan memilih beliau sebagai nabi dari hamba-hambaNya yang beriman. Sungguh Allah Maha Mengetahui perihal hamba-hambaNYa.

Ketika Ya’qub AS tiba dirumah paman beliau dari jalur ibuny di Harran, ternyata paman beliau mempunyai dua putri, Laya yang sulung dan Rahil yang bungsu.
Rahil diberi kecerdasan, kejernihan, kebersihan, dan lebih cantik dari pada saudara perempuannya, Laya. Ya, Rahil diberi kelebihan pada tubuh dan kecantikannya.

Setibanya di tempat paman dari jalur ibunya, Ya’qub AS melamar salah seorang putri paman beliau. Ketika itu, Ya’qub AS tidak mempunyai harta yang bisa ia berikan sebagai mahar untuk Rahil. Paman beliau berkata, “Apakah engkau mempunyai harta yang bisa aku pakai untuk menikahkanmu dengan anakku Rahil?”

Ya’qub AS menjawab,”Tidak, wahai pamanku. Aku seorang asing disini seperti engkau ketahui, namun aku siap terhadap apa saja yangengkau mintakan kepadaku.” Ya’qub diam sejenak, kemudian melanjutkan ucapan beliau, “Paman, jika engkau mau, aku siap bekerja padamu sebagai buruh untuk mahar putrimu, Rahil.”

Ketika itulah, pamannya berkata kepada Ya’qub AS sembari tanda-tanda kepuasa terlihat diwajahnya, “Ya, aku setuju. Mahar Rahil ialah hendaknya engkau bekerja padaku selama tujuh tahun.”

Ya’qub berkata,”Aku setuju, oleh karena itu, nikahkan aku dengan Rahil dan dia adalah persyaratanku. Engkau berhak menyuruhku bekerja selama tujuh tahun.”
Laban menerima persyaratan Ya’qub.

Ya’qub berkata kepada paman beliau, “Itulah perjanjian antara aku dengamu.”
Ya’qub berpendapat bahwa ia harus bekerja tujuh tahun penuh pada paman   beliau dari jalur ibunya itu. Setelah Ya’qub menyelesaikan persyaratan yang keduaya sepakati, maka paman beliau, Laban, membuat makanan untuk resepsi pernikahan dan mengundang orang-orang.

Tibalah malam yang ditungu-tungu, Ya’qub AS masuk ke kemah untuk mendapati istri beliau. Ketika waktu shubuh terbit dan bumi bersinar dengan sinar Tuhannya, ternyata paman beliau, Laban, menikahkan beliau dengan Laya –anak sulung- . padahal dalam persyaratan yang keduanya buat, Laban harus menikahkan beliau dengan anak bungsunya, Rahil.

Ya’qub AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.”
Ya’qub AS datang ke pamanya dengan marah dan berkata kepadanya, “Engkau berkhianat dan menipuku. Engkau menerima kerjaku selama tujuh tahun, namun menipuku dengan memberi wanita yang bukan semestinya menjadi istriku. Aku melamar Rahil kepadamu dan bukannya Laya, bukankah begitu?”

Laban berkata kepada Ya’qub AS, “Sabar, hai anak saudara perempuanku. Aku tidak menipumu. Sesungguhnya di negeri kami ini, kami tidak mempunyai tradisi menikahkan anak bungsu mendahului kakaknya. Apakah engkau ingin memasukan aib kepada pamanmu dengan perbuatan ini?”

Ya’qub AS,”Aku berlindung diri kepada Allah.”

Laban berkata, “Hai anak saudara perempuanku, jika engakau ingin Rahil menjadi istrimu, engkau harus bekerja lagi selama tujuh tahun padaku.”

Tujuh tahunpun berlalu. Selama tujuh tahun tersebut, Ya’qub AS mendapatkan beberapa anak dari Laya. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu Ya’qub AS. Beliau melihat malam realisasi mimpi beliau. Karena malam itulah, beliau rela menempuh perjalanan panjang dengan dukungan Ilahiyah untuk bersanding dengan wanita yang kelak akan menjadi ibu nabi dan rasul yang mulia.

Pengantin wanita Rahil dibawa ke pengantin laki-laki, Ya’qub AS. Kelihatannya, ketika itu, merupakan tradisi mereka dan diperbolehkan dalam agama mereka kalau seseorang menikahi dua saudara perempuan sekaligus, kemudian pernikahan itu dihapus dalam syariat Taurat.

Laban bahagia atas pernikahan putrinya dengan anak saudara perempuannya. Ia memberi budak-buda wanita kepada masing-masing putrinya tersebut. Laya, ia beri budak wanita bernama Zulfa sedang Rahil, ia beri budak wanita yang bernama Balha.

Pada mas awal-awal pernikahan Rahil belum hamil. Disisi lain Rahil melihat saudara perempuanya, Laya, telah melahirkan empat anak. Cemburu nyaris bermain dibenak Rahil. Ketika itulah ia berinisiatif menghibahkan budak wanitanya yang bernama Balha kepada Ya’qub. Kelihatannya Laya juga menghibahkan budaknya yang bernama Zulfa kepada Ya’qub AS untuk menyaingi Rahil.  Di kemudian hari masing-masing dari budak wanita tersebut melahirkan anak untuk Ya’qub AS.

Ketika Rahil melihat saudara perempuan, Laya dan dua budaknya Zalfa dan Balha, melahirkan anak-anak untuk Ya’qub AS sedang dirinya tidak hamil, ia menghadap kepada Allah SWT dengan seluruh jiwa raganya dan berdoa kepadaNya agar Dia memberinya anak suci dari Ya’qub AS.

Allah Azza wa Jalla mengabulkan doa Rahil, kemudian Rahil hamil dari Nabi Ya’qub dan melahirkan anak ang tampan, sopan, terhormat bernama Yusuf. Yusuf AS adalah orang yang paling mirip dengan neneknya, Sarah, yang tidak lain adalah istri nabi Ibrahim. Oleh karena itu, Yusuf adalah anak paling beliau cintai.

Patut disebutkan disini bahwa Ya’qub AS mempunyai dua belas anak dari empat istri dengan rincian sebagai berikut:
1.    Istri pertama, Laya, darinya Beliau dikaruniai enam anak, Rubil, Syam’un, Lawai, Yahuda, Ibsyakir, dan Zabilun
2.    Istri kedua, Rahil, darinya beliau mendapatkan dua anak, Yusuf dan Bunyamin.
3.    Dari Balha, beliau mendpatkan dua anak yaitu Dan, Nuftali
4.    Dari Zulfa, beliau mendapatkan dua anak yaitu Jad dan Asyir

Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada Ya’qub AS, agar beliau kembali ke negeri ayah dan kaum beliau di Baitul Makdis dan meninggalkan Harran di Irak.

Ya’qub membisikan wahyu yang beliau terima kepada istri dan anak-anaknya, kemudian mereka melaksanakan perintah beliau dan taat. Sebelum berangkat, Rahil mengambil patung-patung milik ayahnya untuk ia buang ditempat yang jauh atau disalah satu sungai. Tidak ada yang mengetahui perbuatan Rahil tersebut.

Rombngan musafir dipimpin oleh Ya’qub AS  ketika rombongan telah meninggalkan kampung halaman mereka, ternyata mereka dikejar Laban dan kaumnya, karen akehilangan patung-patungnya. Ketika Laban bertemu dengan Ya’qub, ia mengancam Ya’qub karen a beliau keluar tanpa sepengetahuannya sehingga ia bisa berpisah dengan putri-putrinya dan cucunya. Laban bertanya kepada Ya’qub,kenapa beliau juga membawa patung-patung miliknya.

Ya’qub tidak tahu menahu tentang patung-patung yang dimaksud Laban dan tidak mengaku membawa patung-patungnya. Laban masuk ke rumah putri-putri dan budak-budak wanitanya untuk mencari patung-patungny, namun tidak menemukannya.

Ketika itu, Rahil meletakan patung-patung tersebut di pelana unta hingga unta tersebut tidak sanggup berdiri dan tidak dapat mengangkutnya karena sakit.
Ya’qub tiba ditempat ayah beliau dan menetap di Hebron yang terletak didaerah Kan’an tempat tinggal Ibrahim AS.

Di Habrun, Rahil hamil, kemudian melahirkan anak bernama Bunyamin yang merupakan saudara kandung Yusuf AS. Yusuf dan saudaranya dicintai Ya’qub daripada saudara-saudara yang lain.  

No comments:

Post a Comment