Ketika ya’qub AS menginjak usia menikah, ayah beliau
memberi isyarat kepada beliau agar ke rumah paman dari jalur ibunya, Laban,
didaerah Harran di Irak dan melamar salah satu seorang dari kedua putrinya,
karena keduanya beriman kepada agama Ibrahim AS.
Ya’qub meniinggalkan tempat kelahirannya di Baitul
Makdis dengan tujuan Irak ditemani doa kedua orangtuanua, Ishaq bin Ibrahim dan
Rahqah binti Baitul.
Allah SWT memberi wahtu kepada Ya’qub AS, memberi
kelebihan diatas seluruh manusia, memuliakan, dan memilih beliau sebagai nabi
dari hamba-hambaNya yang beriman. Sungguh Allah Maha Mengetahui perihal
hamba-hambaNYa.
Ketika Ya’qub AS tiba dirumah paman beliau dari jalur
ibuny di Harran, ternyata paman beliau mempunyai dua putri, Laya yang sulung dan
Rahil yang bungsu.
Rahil diberi kecerdasan, kejernihan, kebersihan, dan
lebih cantik dari pada saudara perempuannya, Laya. Ya, Rahil diberi kelebihan
pada tubuh dan kecantikannya.
Setibanya di tempat paman dari jalur ibunya, Ya’qub
AS melamar salah seorang putri paman beliau. Ketika itu, Ya’qub AS tidak
mempunyai harta yang bisa ia berikan sebagai mahar untuk Rahil. Paman beliau
berkata, “Apakah engkau mempunyai harta yang bisa aku pakai untuk menikahkanmu
dengan anakku Rahil?”
Ya’qub AS menjawab,”Tidak, wahai pamanku. Aku
seorang asing disini seperti engkau ketahui, namun aku siap terhadap apa saja
yangengkau mintakan kepadaku.” Ya’qub diam sejenak, kemudian melanjutkan ucapan
beliau, “Paman, jika engkau mau, aku siap bekerja padamu sebagai buruh untuk mahar
putrimu, Rahil.”
Ketika itulah, pamannya berkata kepada Ya’qub AS
sembari tanda-tanda kepuasa terlihat diwajahnya, “Ya, aku setuju. Mahar Rahil
ialah hendaknya engkau bekerja padaku selama tujuh tahun.”
Ya’qub berkata,”Aku setuju, oleh karena itu, nikahkan
aku dengan Rahil dan dia adalah persyaratanku. Engkau berhak menyuruhku bekerja
selama tujuh tahun.”
Laban menerima persyaratan Ya’qub.
Ya’qub berkata kepada paman beliau, “Itulah
perjanjian antara aku dengamu.”
Ya’qub berpendapat bahwa ia harus bekerja tujuh
tahun penuh pada paman beliau dari
jalur ibunya itu. Setelah Ya’qub menyelesaikan persyaratan yang keduaya
sepakati, maka paman beliau, Laban, membuat makanan untuk resepsi pernikahan
dan mengundang orang-orang.
Tibalah malam yang ditungu-tungu, Ya’qub AS masuk ke
kemah untuk mendapati istri beliau. Ketika waktu shubuh terbit dan bumi
bersinar dengan sinar Tuhannya, ternyata paman beliau, Laban, menikahkan beliau
dengan Laya –anak sulung- . padahal dalam persyaratan yang keduanya buat, Laban
harus menikahkan beliau dengan anak bungsunya, Rahil.
Ya’qub AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah.”
Ya’qub AS datang ke pamanya dengan marah dan berkata
kepadanya, “Engkau berkhianat dan menipuku. Engkau menerima kerjaku selama
tujuh tahun, namun menipuku dengan memberi wanita yang bukan semestinya menjadi
istriku. Aku melamar Rahil kepadamu dan bukannya Laya, bukankah begitu?”
Laban berkata kepada Ya’qub AS, “Sabar, hai anak
saudara perempuanku. Aku tidak menipumu. Sesungguhnya di negeri kami ini, kami
tidak mempunyai tradisi menikahkan anak bungsu mendahului kakaknya. Apakah
engkau ingin memasukan aib kepada pamanmu dengan perbuatan ini?”
Ya’qub AS,”Aku berlindung diri kepada Allah.”
Laban berkata, “Hai anak saudara perempuanku, jika
engakau ingin Rahil menjadi istrimu, engkau harus bekerja lagi selama tujuh
tahun padaku.”
Tujuh tahunpun berlalu. Selama tujuh tahun tersebut,
Ya’qub AS mendapatkan beberapa anak dari Laya. Tibalah hari yang
ditunggu-tunggu Ya’qub AS. Beliau melihat malam realisasi mimpi beliau. Karena
malam itulah, beliau rela menempuh perjalanan panjang dengan dukungan Ilahiyah
untuk bersanding dengan wanita yang kelak akan menjadi ibu nabi dan rasul yang
mulia.
Pengantin wanita Rahil dibawa ke pengantin
laki-laki, Ya’qub AS. Kelihatannya, ketika itu, merupakan tradisi mereka dan
diperbolehkan dalam agama mereka kalau seseorang menikahi dua saudara perempuan
sekaligus, kemudian pernikahan itu dihapus dalam syariat Taurat.
Laban bahagia atas pernikahan putrinya dengan anak saudara
perempuannya. Ia memberi budak-buda wanita kepada masing-masing putrinya
tersebut. Laya, ia beri budak wanita bernama Zulfa sedang Rahil, ia beri budak
wanita yang bernama Balha.
Pada mas awal-awal pernikahan Rahil belum hamil.
Disisi lain Rahil melihat saudara perempuanya, Laya, telah melahirkan empat
anak. Cemburu nyaris bermain dibenak Rahil. Ketika itulah ia berinisiatif
menghibahkan budak wanitanya yang bernama Balha kepada Ya’qub. Kelihatannya
Laya juga menghibahkan budaknya yang bernama Zulfa kepada Ya’qub AS untuk
menyaingi Rahil. Di kemudian hari
masing-masing dari budak wanita tersebut melahirkan anak untuk Ya’qub AS.
Ketika Rahil melihat saudara perempuan, Laya dan dua
budaknya Zalfa dan Balha, melahirkan anak-anak untuk Ya’qub AS sedang dirinya
tidak hamil, ia menghadap kepada Allah SWT dengan seluruh jiwa raganya dan
berdoa kepadaNya agar Dia memberinya anak suci dari Ya’qub AS.
Allah Azza wa Jalla mengabulkan doa Rahil, kemudian
Rahil hamil dari Nabi Ya’qub dan melahirkan anak ang tampan, sopan, terhormat
bernama Yusuf. Yusuf AS adalah orang yang paling mirip dengan neneknya, Sarah,
yang tidak lain adalah istri nabi Ibrahim. Oleh karena itu, Yusuf adalah anak
paling beliau cintai.
Patut disebutkan disini bahwa Ya’qub AS mempunyai
dua belas anak dari empat istri dengan rincian sebagai berikut:
1. Istri
pertama, Laya, darinya Beliau dikaruniai enam anak, Rubil, Syam’un, Lawai,
Yahuda, Ibsyakir, dan Zabilun
2. Istri
kedua, Rahil, darinya beliau mendapatkan dua anak, Yusuf dan Bunyamin.
3. Dari
Balha, beliau mendpatkan dua anak yaitu Dan, Nuftali
4. Dari
Zulfa, beliau mendapatkan dua anak yaitu Jad dan Asyir
Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada Ya’qub AS,
agar beliau kembali ke negeri ayah dan kaum beliau di Baitul Makdis dan
meninggalkan Harran di Irak.
Ya’qub membisikan wahyu yang beliau terima kepada
istri dan anak-anaknya, kemudian mereka melaksanakan perintah beliau dan taat.
Sebelum berangkat, Rahil mengambil patung-patung milik ayahnya untuk ia buang
ditempat yang jauh atau disalah satu sungai. Tidak ada yang mengetahui
perbuatan Rahil tersebut.
Rombngan musafir dipimpin oleh Ya’qub AS ketika rombongan telah meninggalkan kampung
halaman mereka, ternyata mereka dikejar Laban dan kaumnya, karen akehilangan
patung-patungnya. Ketika Laban bertemu dengan Ya’qub, ia mengancam Ya’qub karen
a beliau keluar tanpa sepengetahuannya sehingga ia bisa berpisah dengan
putri-putrinya dan cucunya. Laban bertanya kepada Ya’qub,kenapa beliau juga
membawa patung-patung miliknya.
Ya’qub tidak tahu menahu tentang patung-patung yang
dimaksud Laban dan tidak mengaku membawa patung-patungnya. Laban masuk ke rumah
putri-putri dan budak-budak wanitanya untuk mencari patung-patungny, namun
tidak menemukannya.
Ketika itu, Rahil meletakan patung-patung tersebut
di pelana unta hingga unta tersebut tidak sanggup berdiri dan tidak dapat
mengangkutnya karena sakit.
Ya’qub tiba ditempat ayah beliau dan menetap di
Hebron yang terletak didaerah Kan’an tempat tinggal Ibrahim AS.
Di Habrun, Rahil hamil, kemudian melahirkan anak
bernama Bunyamin yang merupakan saudara kandung Yusuf AS. Yusuf dan saudaranya
dicintai Ya’qub daripada saudara-saudara yang lain.
No comments:
Post a Comment