Tuesday, October 8, 2019

CARA DAFTAR ONLINE BPJS JHT



BPJS sekarang tidak menerima antrian manual, jadi jika ingin membuat klaim JHT di sarankan untuk mendaftar antrian onine, namun banyak yang mengeluhkan bagaimana cara daftar on line BPJS, karena saat mendaftar online tidak sedikit yang kecewa dengan tulisan antrian penuh atau sedang proses atau sama kasusnya dengan saya, tidak dapat melanjutkan antrian online entah kenapa sebabnya.

Saya pribadi telah mencoba antrian on line beberapa kali namun gagal terus, perlu diketahui saya mencoba daftar online di jam sibuk dan di jam lengang. Bahkan saya lihat di tayangan youtube mereka mencoba di jam 00.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB, sempat saya datangi Bank-bank yang bekerja sama dengan BPJS namun disalah satu Bank BTN mengatakan tidak bisa melayani klaim BPJS hanya melayani pencairannya saja, pakai cara lain yaitu kirim email ke customer service BPJS kenapa tidak bisa daftar online. Tapi tidak memberikan solusi yang berarti. Akhirnya saya mendatangi kantor BPJS terdekat guna menanyakan hal tersebut.  

Saya bertemu dengan satpam dan menceritakan sulitnya mendaftar online, lucunya si satpam malah menyarankan saya mendaftar online tepat di jam 07.00 WIB sampai dengan 07.30 WIB. Benar saja saran pak satpam BPJS itu. Memang sebenarnya mendaftar online BPJS ada waktunya yaitu jam 7 pagi. Untuk daerah Jawa Barat khususnya Bekasi dan sekitarnya antrian selalu penuh. Jadi kalo mau dicoba ke daerah lain.

Karena saya tidak bisa melanjutkan antrian online, saya datang kedua kalinya ke kantor BPJS terdekat. Saya dapat antrian no 53. Jangan salah walau no kecil, tapi luar biasa menunggunya, saya datang jam 10.00 WIB ambil no antrian dan jam 14.30 WIB baru dapat panggilan. Tidak apa-apa menurut saya, karena saya penasaran kenapa JHT saya bermasalah. Setelah sampai ke CS, sambil menunjukan KTP dan Kartu JHT, dia bilang tidak ada masalah dengan klaim saya. Saya disuruh coba lagi besok. Dan menyarankan antre manual ke Bank yang bekerja sama dengan BPJS yaitu BJB cabang tambun, babelan, cikarang, jababeka. Persyaratannya sama seperti klaim di BPJS yaitu copy KK, copy KTP, copy buku Bank aktif, paklaring stempel basah, jangan lupa bawa kartu BPJSnya.




Tuesday, July 23, 2019

Sarah istri nabi Ibrahim AS




Sarah adalah wanita yang diberi wajah yang sangat cantik dan tubuh yang indah. Sarah memiliki banyak kambing dan lahan yang luas, kemudian ia menghibahkan seluruh kekayaannya kepada suaminya, Ibrahim AS, agar beliau mengurus dan mengembangkannya.

Ibrahim AS hijrah dari Irak ke Baitul Makdis bersama istri dan keponakannya Luth AS, mereka bertiga hijrah karena kaumnya tidak beriman dengan risalah yang diberikan oleh Ibrahim AS.

Palestina, tempat tinggal Ibrahim, dilanda kekeringan dan pacekli. Untuk itu, Ibrahim bersama istri beliau, Sarah, berangkat ke Mesir. Ketika keduanya tiba di Mesir, Ibrahim tahu bahwa penguasa Mesir adalah orang yanng suka dengan wanita, oleh karena itu, Ibrahim mengkhawatirkan istrinya, Sarah. Ibrahim berkata kepada Sarah, “Penguasa Mesir ini pasti akan bertanya kepadaku tentang dirimu. Jika ia bertanya kepadaku tentang dirimu, aku akan menjawab engkau saudara perempuanku, jadi engkau jangan membantahku di sisinya, karena di dunia ini tidak ada orang muslim selain aku dan engkau dan sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku di Kitabullah.”

Di Mesir, salah seorang pejabat Mesir melihat Sarah. Karenanya, ia segera pergi dan masuk menemui rajanya. Pejabat tersebut berkata, “Paduka, seorang wanita telah datang ke Mesir dan ia hanya layak dimiliki orang seperti paduka, karena kecantikannya nyaris menutupi matahari di pertengahan siang.”

Wajah raja Mesir berbinar-binar, mulutnya mengumbar senyum lebar, dan terlukis tandaa-tanda ridha di wajahnya kepada pejabatnya tersebut. Raja Mesir tersebut berkata kepada sang pejabat,”Pergilah dan bawa wanita tersebut ke mari.”

Sang pejabat pergi hingga tiba di empat Ibrahim dan istrinya. Sang pejabat berkata kepada Ibrahim, “Sesungguhnya raja menyuruhku membawa wanita ini kepadanya.”

Sarah berjalan dan masuk ke istana Mesir. Ia tidak gelap ata dengan tahta-tahta yang ditinggikan, gelas-gelas yang diletakan, bantal-bantal sandaran yang disusun. Dan permadani-permadani yang terhampar. Matanya tidak menoleh kepada tiang-tiang dan tembok-tembok yang menjulang. Ia tidak begitu peduli denan para pelayan dan anak-anak istana yang berkeliling ke kanan dan ke kiri. Ya, ia tidak menoleh kepada siapa pun dan apa pun yang ada di sekitarnya.

Hati Sarah terhubung dengan Allah dengan damai dan tenang. Hatinya penuh dengan keyakinan bahwa ia berada dalam pengawasan Tuhan. Hati Sarah larut dalam dzikir kepada Allah.

Di sisi lain, raja Mesir amat terpesona dengan kecantikan Sarah . raja Mesir merasa sepertinya ada kegemetaran yang mengallir seluruh tubuhnya dan ia merasa bahwa ketakutan menyelimuti hati dan menguasai perasaanya.

Raja Mesir mendekatkan diri kepada Sarah dan hendak menyodorkan tangan. Namun ia tidak tahu apa yang harus diperbuat, karena ia merasa sepertinya ada kekuatan yang menghentikan nafas, gerakan, tangan, dan hanya mulut yang bisa bergerak.

Disisi lain sarah hanyut bermunajat kepada Allah, Sarah berkata, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman kepadaMU dan RasulMU, serta Engkau tahu aku menjaga kemaluanku kecuali untuk suamiku, maka jangan kuasakan orangkafir kepadaku.”

Raja Mesir berkata kepada Sarah, “Hai wanita shalihah, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia membebaskanku. Jika itu engkau lakukan, aku tidak akan mengganggumu dan tidak mengulangi perbuatanku yang engkau benci.”

Sepertinya raja diikat dengan tali kemudian dilepaskan, namun syaitan merayu sang raja agar ia mengulurkan tangan kepada wanita jujur ini, Sarah, dan melanggar janjinya namun tiba-tiba kali ini tangannya menjadi lumpuh dan ditarik dengan tarikan amat kuat. Kemudian raja berkata lagi agar Sarah berdoa kepada Tuhannya agar membebaskannya. Setelah dibebaskan raja mengulanginya lagi ingin menyentuh Sarah berulang kali. Akhirnya sang raja sadar dengan perbuatannya, dengan berkata,”Berdoalah engkau kepada Tuhanmu dan aku janji tidak akan megulangi perbuatanku untuk selama-lamanya.”

Sang raja berkata kepada Sarah dengan suara lemah dan lirih, “Hai wanita si Fulanah, betapa taatnya Tuhanmu ketika engkau berdoa untukku!”

Sarah berkata kepada sang raja dengan keyakinan iman, “Dan engkau sendiri, jika engkau taat kepada Tuhan tersebut, Dia juga akan taat kepadamu.”

Adapun sang raja Mesir, ia memanggil pejabat yang membawa Sarah kepadanya dan berkata, “Keluarkan wanita ini dari hadapanku, karena engkau tidak datang kepadaku dengan membawa wanita, tapi membawa syaitan.”

Kemudian sang raja menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah, kemudian Sarah pulang dan tiba ditempat Ibrahim yang ketika itu sedang mengerjakan shalat. Ibrahim memberi isyarat kepada Sarah, “Bagaimana kabarmu?” Sarah menjawab, “Allah mengembalikan tipu daya orang kafir ke lehernya dan memberi hadiah seorang wanita bernama Hajar.”

Ibrahim pulang dari Mesir ke Palestina ditemani istri beliau dan Hajar, wanita Mesir yang akan membantu Sarah dan suaminya.

Mereka bertiga menetap di Baitul Makdis, sebuah daerah yang sekelilingnya diberkahi Allah. Hari demi hari dan tahun demi tahun berjalan. Sekarang Sarah telah tua, rambutnya beruban, dantulang-tulang telah lemah. Suami Sarah, Ibrahim malah lebih tua beberapa tahun daripada Sarah.

Ibrahim tidak mempunyai anak, karena istri beliau tidak bisa melahirkan. Ketika Sarah melihat yang demikian, ia menawarkan Hajar kepada Ibrahim, padahal tadinya ia menolak bertindak seperti itu, karena rasa cemburu yang ada padanya.

Ibrahim setuju untuk menikah dengan Hajar. Janji Ilahi pun terealisir dan tidak ama kemudian Hajar hamil. Saat-saat kelahiran anak Hajar semakin dekat. Tidak lama berselang, Hajar melahirkan anak yang sempurna dan suci yang diberi nama Ismail.

Kelihatanya, Sarah sangat berbahagia dengan kelahiran anak yang tampan ini. Allah memasukkan cinta kepada Ismail ke dalam hati Sarah, karena Ismail anak suaminya, Ibrahim dan anak mantan budak wanitanya, Hajar yang beriman dan bertakwa.

Ibrahim kedatangan 3 orang tamu, kemudian ia mempersilahkan para tamu untuk duduk. Sarah menyiapkan makanan untuk para tamu, dan Ibrahim membawa daging panggang anak sapi yang gemuk.

Disudut kemah, istri Ibrahim yang tua, Sarah, melayani para tamu. Ia berdiri di depan para tamu seperti kebiasaan orang-orang Arab. Namun tidak satu pun dari mereka yang menyentuh makanan yang sudah dihidangkan. Ibrahim melihat tangan para tamu tidak menjamah daging panggangan, beliau memandang aneh perbuatan mereka, “Sesungguhnya kami takut kepada kalian.”

Disisi lain Sarah melihat ke arah Ibrahim sambil tertawa untuk meringankan ketakutan beliau kemudian Sarah berkata kepada Ibrahim,”Para tamu itu sungguh aneh. Kita merepotkan diri untuk memuliakan mereka, namun mereka tidak makan hidangan kita.”

Ketika itulah, para tamu menjelaskan jati diri dan identitas mereka.

“Mereka berkata, ‘Janganlah kamu takut,’ dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim.” (Adz Dzaariyat:28)

Sarah mendengar kabar gembira dari para malikat. Sarah pun kaget dan nyaris berteriak heran dan merobek-robek baju seperti kebiasaan para wanita. Sarah berkata dengan nada heran, “Aku wanita tua yang mandul?”

Sarah berkata lagi, “Apakah aku kan Hamil, dan menyusui? Padahal umurku hampir mendekati 90 tahun dan aku sejak usia remaja mandul tidak bisa melahirkan?”
Akhirnya Sarah lega setelah mendapatkan kabar gembira tentang kelahiran Ishaq, kemudian Ya’qub.

“Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan Lahir putranya) Ya’qub.” (Hud:71)

Ismail adalah anak sulung Ibrahim, ketika Sarah melahiran Ishaq untuk Ibrahim, orang-orang Kan’an berkata, “Tidakkah kalian heran dengan laki-laki dan wanita tua ini?keduanya menemukan anak buanngan kemudian mengambilnya dan mengakuinya sebagai anak keduanya. Apakah wanita setua ini masih bisa melahirkan?”

Allah membentuk wajah Ishaq persis seperti wajah Ibrahim, hingga setiap kali beliau dilihat manusia, mereka berkata, “Demi Allah, anak tadi berasa dari Ibrahim.”


Hajar

Adapun Hajar, ia adalah budak wanita yang kulitnya berbulu, memakai celak, rambutnya keriting, gigi satu dengan yang lainnya renggang, cantik, berbahasa arab dan berketurunan Arab.

Dengan santun dan malu, Hajar bertanya kepada majikannya yang ahli ibadah, dan wanita taat, “Majikanku, Tuhan apa yang engkau sembah?”  

Sarah berkata kepada Hajar, “Wahai wanita yang baik, kami menyembah Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia saja. Dia pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu,  Pencipta segala sesuatu, menghidupkan, mematikan dan Maha kuasa atas segala sesuatu.”

Sarah melihat Hajar menghabiskan waktu-waktu menjelang shubuh dan dzikir kepada Allah, ia terbiasa mengerjakan sholat, berdzikir, dan bertasbih disetiap sore dan pagi.

Pada hari-hari pertama persalinan, Hajar hidup bahagia dan matanya teras sejuk dengan bayinya. Sarah mulai cemburu. Sarah merasa tidak sanggup hidup dengan istri suaminya Hajar. Sarah merasa ruang geraknya menyempit gara-gara Hajar dan bayinya.

Sarah meminta ibrahim menghilangkan Hajar dari pandangan matanya dan bersumpah dengan nama Allah agar Ibrahim mengusir Hajar dan bayinya dari rumah.

Allah azza wa jalla mewahyukan kepada Ibrahim agar beliau mengambil Hajar dan anaknya, Ismail, kemudian pergi ke negeri yang diberkahi, yaitu Makkah yang merupakan Ummul Qura.

Ibrahim dikejar Hajar yang kemudian berkata,”Hai Ibrahim, engkau akan pergi kemana? Kenapa engkau meninggalkan kami di lembah yang tidak ada manusia dan tidak ada apa-apanya?”

Ibrahim tidak menyahut sama sekali.

Hajar berlari-lari kecil dibelakang Ibrahim, sambil berkata, “Dimana engkau meninggalkan kami?”

Ibrahim tidak menoleh kepada Hajar karena mentaati perintah Allah.

Hajar mengulangi pertanyaannya, “Hai Ibrahim, dimana engkau meninnggalkan kami?”

Kemudian Hajar bertanya dengan pertanyaan yang berbeda,”Apakah Allah yang memerintahkanmu seperti ini?”

Ibrahim menjawab,”Iya. Tuhanku yang memerintahkan aku bertindak seperti ini.”

Hajar dengan keyakinan diri sebagai orang ang beriman, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkanku. Hai Ibrahim, pergilah engkau kepada apa yang diperintahkan Allah padamu.”



Note:
Baca kelanjutannya di kisah bukit shafa dan marwa



Sunday, July 21, 2019

NABI YA'QUB dengan 4 ISTRINYA



Ketika ya’qub AS menginjak usia menikah, ayah beliau memberi isyarat kepada beliau agar ke rumah paman dari jalur ibunya, Laban, didaerah Harran di Irak dan melamar salah satu seorang dari kedua putrinya, karena keduanya beriman kepada agama Ibrahim AS.

Ya’qub meniinggalkan tempat kelahirannya di Baitul Makdis dengan tujuan Irak ditemani doa kedua orangtuanua, Ishaq bin Ibrahim dan Rahqah binti Baitul.

Allah SWT memberi wahtu kepada Ya’qub AS, memberi kelebihan diatas seluruh manusia, memuliakan, dan memilih beliau sebagai nabi dari hamba-hambaNya yang beriman. Sungguh Allah Maha Mengetahui perihal hamba-hambaNYa.

Ketika Ya’qub AS tiba dirumah paman beliau dari jalur ibuny di Harran, ternyata paman beliau mempunyai dua putri, Laya yang sulung dan Rahil yang bungsu.
Rahil diberi kecerdasan, kejernihan, kebersihan, dan lebih cantik dari pada saudara perempuannya, Laya. Ya, Rahil diberi kelebihan pada tubuh dan kecantikannya.

Setibanya di tempat paman dari jalur ibunya, Ya’qub AS melamar salah seorang putri paman beliau. Ketika itu, Ya’qub AS tidak mempunyai harta yang bisa ia berikan sebagai mahar untuk Rahil. Paman beliau berkata, “Apakah engkau mempunyai harta yang bisa aku pakai untuk menikahkanmu dengan anakku Rahil?”

Ya’qub AS menjawab,”Tidak, wahai pamanku. Aku seorang asing disini seperti engkau ketahui, namun aku siap terhadap apa saja yangengkau mintakan kepadaku.” Ya’qub diam sejenak, kemudian melanjutkan ucapan beliau, “Paman, jika engkau mau, aku siap bekerja padamu sebagai buruh untuk mahar putrimu, Rahil.”

Ketika itulah, pamannya berkata kepada Ya’qub AS sembari tanda-tanda kepuasa terlihat diwajahnya, “Ya, aku setuju. Mahar Rahil ialah hendaknya engkau bekerja padaku selama tujuh tahun.”

Ya’qub berkata,”Aku setuju, oleh karena itu, nikahkan aku dengan Rahil dan dia adalah persyaratanku. Engkau berhak menyuruhku bekerja selama tujuh tahun.”
Laban menerima persyaratan Ya’qub.

Ya’qub berkata kepada paman beliau, “Itulah perjanjian antara aku dengamu.”
Ya’qub berpendapat bahwa ia harus bekerja tujuh tahun penuh pada paman   beliau dari jalur ibunya itu. Setelah Ya’qub menyelesaikan persyaratan yang keduaya sepakati, maka paman beliau, Laban, membuat makanan untuk resepsi pernikahan dan mengundang orang-orang.

Tibalah malam yang ditungu-tungu, Ya’qub AS masuk ke kemah untuk mendapati istri beliau. Ketika waktu shubuh terbit dan bumi bersinar dengan sinar Tuhannya, ternyata paman beliau, Laban, menikahkan beliau dengan Laya –anak sulung- . padahal dalam persyaratan yang keduanya buat, Laban harus menikahkan beliau dengan anak bungsunya, Rahil.

Ya’qub AS berkata, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.”
Ya’qub AS datang ke pamanya dengan marah dan berkata kepadanya, “Engkau berkhianat dan menipuku. Engkau menerima kerjaku selama tujuh tahun, namun menipuku dengan memberi wanita yang bukan semestinya menjadi istriku. Aku melamar Rahil kepadamu dan bukannya Laya, bukankah begitu?”

Laban berkata kepada Ya’qub AS, “Sabar, hai anak saudara perempuanku. Aku tidak menipumu. Sesungguhnya di negeri kami ini, kami tidak mempunyai tradisi menikahkan anak bungsu mendahului kakaknya. Apakah engkau ingin memasukan aib kepada pamanmu dengan perbuatan ini?”

Ya’qub AS,”Aku berlindung diri kepada Allah.”

Laban berkata, “Hai anak saudara perempuanku, jika engakau ingin Rahil menjadi istrimu, engkau harus bekerja lagi selama tujuh tahun padaku.”

Tujuh tahunpun berlalu. Selama tujuh tahun tersebut, Ya’qub AS mendapatkan beberapa anak dari Laya. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu Ya’qub AS. Beliau melihat malam realisasi mimpi beliau. Karena malam itulah, beliau rela menempuh perjalanan panjang dengan dukungan Ilahiyah untuk bersanding dengan wanita yang kelak akan menjadi ibu nabi dan rasul yang mulia.

Pengantin wanita Rahil dibawa ke pengantin laki-laki, Ya’qub AS. Kelihatannya, ketika itu, merupakan tradisi mereka dan diperbolehkan dalam agama mereka kalau seseorang menikahi dua saudara perempuan sekaligus, kemudian pernikahan itu dihapus dalam syariat Taurat.

Laban bahagia atas pernikahan putrinya dengan anak saudara perempuannya. Ia memberi budak-buda wanita kepada masing-masing putrinya tersebut. Laya, ia beri budak wanita bernama Zulfa sedang Rahil, ia beri budak wanita yang bernama Balha.

Pada mas awal-awal pernikahan Rahil belum hamil. Disisi lain Rahil melihat saudara perempuanya, Laya, telah melahirkan empat anak. Cemburu nyaris bermain dibenak Rahil. Ketika itulah ia berinisiatif menghibahkan budak wanitanya yang bernama Balha kepada Ya’qub. Kelihatannya Laya juga menghibahkan budaknya yang bernama Zulfa kepada Ya’qub AS untuk menyaingi Rahil.  Di kemudian hari masing-masing dari budak wanita tersebut melahirkan anak untuk Ya’qub AS.

Ketika Rahil melihat saudara perempuan, Laya dan dua budaknya Zalfa dan Balha, melahirkan anak-anak untuk Ya’qub AS sedang dirinya tidak hamil, ia menghadap kepada Allah SWT dengan seluruh jiwa raganya dan berdoa kepadaNya agar Dia memberinya anak suci dari Ya’qub AS.

Allah Azza wa Jalla mengabulkan doa Rahil, kemudian Rahil hamil dari Nabi Ya’qub dan melahirkan anak ang tampan, sopan, terhormat bernama Yusuf. Yusuf AS adalah orang yang paling mirip dengan neneknya, Sarah, yang tidak lain adalah istri nabi Ibrahim. Oleh karena itu, Yusuf adalah anak paling beliau cintai.

Patut disebutkan disini bahwa Ya’qub AS mempunyai dua belas anak dari empat istri dengan rincian sebagai berikut:
1.    Istri pertama, Laya, darinya Beliau dikaruniai enam anak, Rubil, Syam’un, Lawai, Yahuda, Ibsyakir, dan Zabilun
2.    Istri kedua, Rahil, darinya beliau mendapatkan dua anak, Yusuf dan Bunyamin.
3.    Dari Balha, beliau mendpatkan dua anak yaitu Dan, Nuftali
4.    Dari Zulfa, beliau mendapatkan dua anak yaitu Jad dan Asyir

Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada Ya’qub AS, agar beliau kembali ke negeri ayah dan kaum beliau di Baitul Makdis dan meninggalkan Harran di Irak.

Ya’qub membisikan wahyu yang beliau terima kepada istri dan anak-anaknya, kemudian mereka melaksanakan perintah beliau dan taat. Sebelum berangkat, Rahil mengambil patung-patung milik ayahnya untuk ia buang ditempat yang jauh atau disalah satu sungai. Tidak ada yang mengetahui perbuatan Rahil tersebut.

Rombngan musafir dipimpin oleh Ya’qub AS  ketika rombongan telah meninggalkan kampung halaman mereka, ternyata mereka dikejar Laban dan kaumnya, karen akehilangan patung-patungnya. Ketika Laban bertemu dengan Ya’qub, ia mengancam Ya’qub karen a beliau keluar tanpa sepengetahuannya sehingga ia bisa berpisah dengan putri-putrinya dan cucunya. Laban bertanya kepada Ya’qub,kenapa beliau juga membawa patung-patung miliknya.

Ya’qub tidak tahu menahu tentang patung-patung yang dimaksud Laban dan tidak mengaku membawa patung-patungnya. Laban masuk ke rumah putri-putri dan budak-budak wanitanya untuk mencari patung-patungny, namun tidak menemukannya.

Ketika itu, Rahil meletakan patung-patung tersebut di pelana unta hingga unta tersebut tidak sanggup berdiri dan tidak dapat mengangkutnya karena sakit.
Ya’qub tiba ditempat ayah beliau dan menetap di Hebron yang terletak didaerah Kan’an tempat tinggal Ibrahim AS.

Di Habrun, Rahil hamil, kemudian melahirkan anak bernama Bunyamin yang merupakan saudara kandung Yusuf AS. Yusuf dan saudaranya dicintai Ya’qub daripada saudara-saudara yang lain.  

Monday, July 15, 2019

KISAH ISTRI NABI ISMAIL




Ismail AS besar dalam asuhan ibunya, Hajr, yang mengasuhnya di atas akhlak muia dan luhur. 
Oleh karena itu, beliau tumbuh dengan pertumbuhan istimewa di antara kabilah Jurhum yang semua mata mereka tertuju kepada ketinggian tekad dan keberanian beliau.

Ismail AS sampai pada usia dewasa dan belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum. Hanya saja, Allah Azza wa Jalla mengilhamkan bahasa Arab yang fasih kepada beliau, kemudian beliau berbicara dengannya. Jadi beliau orang pertama yang diciptakan Allah berbicara bahasa Arab fasih dengan jelas.

Kanilah Jurhum ingin menikahkan Ismail dengan putri pilihan mereka. Ismail AS melihat salah seorang dari wanita mereka bernama Shada bi sa’ad. Beliau melamarnya kepada ayahnya yang kemudian menikahkan beliau dengannya.

Terlihat bahwa Shada binti Sa’ad bukan wanita ideal dan tidak mengetahui kedudukan Ismail AS. Ia mengeluhkan kehidupannya dan tidak sanggup menjalani kehidupan yang didalamnya terdapat sedikit kesulitan.

Setelah  Ismail menikah dn Hajr wafat, Ibrahim AS datang. Ibrahim mengunjungi Ismail dan Ibunya sekali dlam sebulan. Kelihatannya, kunjungan Ibrahim kali ini adalah kunjungan pertama sejak Ismail menikah. Ketika Ibrahim datang, Ismail sedang berburu, sedang istri beliau Shada binti Sa’ad berada di rumah.

Ibrahim AS berdiri di depan pintu rumah Ismail AS dan berkata, “As-Salamu alaikum.”
Kelihatannya, Shada binti Sa’ad menjawab dengan jawaban kasar. Ia datang kepada Ibrahim dan melihat beliau dengan tidak sopan.

Ibrahim bertanya kepda Shada binti Sa’ad, “Mana Ismail?”

Shada binti Sa’ad menjawab, “Ismail sedang keluar mencari rezky untuk kami, - Ismail menggembala kambing-kambing, keluar membawa busur panah, dan memanah hewan buruan. 
Dalam riwayat dikatakan mata pencaharian beliau adalah berburu. Beliau keluar untuk berburu-.
Ibrahim AS diam sesaat, kemudian berkata kepada Shada binti Sa’ad, bolehkan aku masuk?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan ketus, “Tidak boleh.”

Ibrahim AS meminta sesuatu kepada Shada binti Sa’ad, “Apakah ada hak jamuan tamu untukku?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan kasar dan mengingkari nikmat, “Adapun makanan, maka tidak ada. Sednag kambing, maka air susunya hanya sedikit. Adapun air, maka seperti yang engkau lihat sendiri sulit didapatkan.”

Shada binti Sa’ad pun menceritakan derita hidupnya kepada Ibrahim AS.
Ibrahim AS melihat bahwa istri Ismail adalah wanita kasar, keras hatinya, dan tidak pantas menjadi ibu keturunan shalih yang akan mengemban risalah Allah ke timur dan bart. Ketika itulah, Ibrahim AS menitipkan pesan kepada Shada binti Sa’ad untuk Ismail. Ibrahim AS berkata kepada Shada bintii Sa’ad, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku untuknya dan katakan kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.”

Setelah itu, Ibrahim As pergi ke tempt yang beliau tuju. Ketika Ismail As tiba dirumah, sepertinya beliau melihat sesuatu. Kelihatannya, beliau mencium  bau ayahnya, Ibrahim AS. Ismail bertanya kepada istrinya, “Apakah ada orang yang dtaang ke mari?”

Shada binti Sa’ad menjawab dengan enteng, “Ya, tadi ada orangtua yang datang kemari. Ia bertanya tentang dirimu dan aku pun menjelaskan tentang dirimu kepadanya.”

Ismail AS berkata, “Apakah orantua tadi bertanya tentang sesuatu kepadamu?”

Shad binti Sa’ad menjawab, “Orang tua tadi bertanya kepadaku tentang kehidupan dan mata pencaharian kita.”

Ismail berkata,”Apa yang engkau katakan kepadanya?”

Shada binti Sa’ad berkata, “Aku jelaskan kepadanya bahwa kita berada dalam kesulitan dan penderitaan.”

Ismail sedih atas perilaku istrinya dan kekikirannya, karena beliau terbiasa memuliakan tamu seperti ayahnya, Ibrahim AS.

Ismail bertanya kepada istrinya dengan ilham Rabbani, “Apakah orang tua tadi menitipkan sesuatu?”

Shada binti Sa’ad berkata, “Ya, ia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu agar engkau mengganti ambang pintu rumahmu.”

Ismail berkata kepada istrinya, “Orang tua tadi ayahku. Dengan pesannya seperti itu, ia menyuruhku menceraikanmu.”

Ismail berkata lagi kepada istrinya, “Pulanglah engkau kepada keluargamu.”

Ismail AS pun menceraikan istrinya untuk melaksanakan perintah ayahnya.

Ismail AS hidup beberapa lama setelah menceraikan Shada binti sa’ad. Kemudian beliau mencari wanita lain yang tidak membutuhkan dunia dan perhiasannya guna mencari keridhoan Allah. Ismail melihat-lihat dan mendapatkan apa yang beliau cari, yaitu wanita bernama Ri’lah binti Mudhadh bin Amr Al-Jurhumiyah. Ismail melamar Ri’lah kepada ayahnya dan menikakan putrinya.

As sayyidah, putri Mudhadh pun pindah ke rumah Ismail AS. Ia memuji Allah ta’ala atas nikmat yang dia berikan kepadanya, yaitu pernikahan penuh berkah dimana ia merasakan adanya keberkahan sejak hari pertama pernikahan.

Disisi lain, Ibrahim AS hidup beberapa lama jauh dari Makkah, Ismail dan istrinya. Pad suatu hari, Ibrahim AS datang untuk mengunjungi Ismail, namun tidak bertemu dengan Ismail dan bertemu dengan istrinya, Ri’lah.

Ibrahim AS berkata, “Assalamualaikum wa Rahmatullah.”

Ri’lah menjawab, “W alaikumusalam.”

Ri’la menyambut hangat Ibrahim AS dan mempersilahkan beliau masuk ke rumah. Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada Ri’lah, “Mana Ismail?”

Ri’lah menjawab dengan santun, “Ia eluar ke bumi Allah untuk mencari rezki untuk kami.”

Ibrahim berkata kepada Ri’lah, Bagaimana keadaan kalian berdua?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, kehidupan kami baik-baik saja. Singgahlah Bapak disini, makan dan minumlah di rumaha kami, krena kebaikan Allah itu sangat banyak.”

Ketika itulah, Ibrahim AS bertanya tentang makanankepada Ri’lah, “Apa makanan kalian berdua?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, daging.”

Ibrahim bertanya kepada Ri’lah, “Apa minuman kalian?”

Ri’lah menjawab, “Alhamdulillah, susu dan daging.”

Ibrahim bertanya kepada Ri’lah, “Apakah engkau mempunyai gandum?”

Ri’lah enjawab, “Akan ada, isnyaAllah, karena kami berada dalam kenikmatan.”

Ibrahim senang dengan istri Ismail kali ini. Sekarang beliau melihat istri anknya adalah wanita yang memuji Allah, bersyukur, dan mengetahui kehormatan suami. Ketika itulah Ibrahim berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, berkahilah makana dan minuman mereka (Ismail sekeluarga).

Ibrahim menoleh kearah istri anaknya dan berkata kepadanya, “Jika suamimu datang, sampaikan salamku uuntuknya dan suruh dia mempertahankan ambangpintunya, karena ambang pintunya sekarang ini bagus untuk rumahnya.”

Setelah itu, Ibrahim AS pulang ke Baitul Makdis, setelah tenang dan damai atas kehidupan Ismail dan istrinya kali ini.

Ketika Ismail As tiba dari berburu, beliau mendapati bau ayahnya. Beliau bertanya kepada istrinya, “Aku mencium bau harum. Apakah ada orang yang datang kepadamu?”

Ri’lah menjawab, “Ya. Ada orang tua yang paling tampan wajahnya paling harum aromanya, paling baik postur tubuhnya, bicaranya embut, akhlaknya mulia dan tenang, telah datang ke sini. Orang  tua yang tenang tersebut bertanya tentang dirimu kemudianaku jelaskan perihal dirimu kepadanya. Ia juga bertanya tentang kehidupan kita apa saja? Aku jelaskan kepadanya bahwa kita hidup dengan kebaikan dan karunia dari Allah, kemudian ia mendoakan kebekahan untuk kita.”

Ismail bertanya kepada istriya, “Apakah orangtua tersebut menitipkan pesan kepadamu?”

Ri’lah menjawab, “Ya, Ia kirim salam untukmu dn menyuruhku mempertahankan ambang pintumu.”

Ismail berkata denga berbinar-binar, “Orang tua tadi ayahku dan engkau ambang pintu yang beliau maksud. Ayahku menyuruhku menahannya (tidak menceraikanmu).

Ri’lah binti Mudhadh Al-Jurhumiyah. Istri Ismail As adalah wanita kabilah Jurhum yang paling baik agamanya dan paling suci. Ia wanita subur, kaya cinta, dan ibu anak keturunan shaihah yang dipilih Alllah azza wa Jalla. Ri’lah melahirkan dua belas anak laki-lakii. Mereka adalah Nabit (sulung), Qidar, Arbal, Mansya, Masma’, Masyi, Duma, Adar, Thaima, Yathura, Nabsya, Qaidama. Ismail juga mempunyai anak perempuan yang bernama Nasmah binti Ismail. Nasmah dinikahi saudara sepupunya dari jalur ayahnya bernama Aishu bin Ishaq bin Ibrahim.

Ri’lah hidup dan sempat melihat anak-anaknya menjadi pemimpin Makkah, orang-orang kuat, dan hati mereka menyatu dengan Baitullah yang dibangun suaminya, Ismail bersama ayahnya Ibrahim.

KISAH BUKIT SHAFA & MARWA



Allah mewahyukan kepada Ibrahin AS, “Ambillah istrimu, Hajar, dan anakmu Ismail, kemudian pergilah ke tempat yang akan aAku tunjukkan kepadamu.”



Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah ta’ala, bersegera kepada ampunan Allah, membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusu, kemudian pergi ke bumi yanng dikehendaki Allah Ta’ala. 

Perintah Ilahi yang tinggi memerintahkan Ibrahim AS berhenti di lembah tandus tanpa tanaman didalamnya. Untuk Hajar dan Ismail, Ibrahim meninggalkan kantong berisi kurma dan tempat air. Setelah itu Ibrahim AS pulang mentaati perintah Allah Ta’ala sambil berdoa kepada-Nya.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di eka rumah engkau (Baitullah) yang dirahmati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rekillah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim:37)

Adapun Hajar, ia melihat si sekitarnya, ternyata yang ada hanyalah lautan pasir. Tidak ada manusia dan jin. Di lembah tersebut terdengar secara berulang-ulang kalimat Hajar setelah ia ditinggal pergi Ibrahim, “Allah tidak akan menelentarkan kami. Allah tidak akan meneletarkan kami.”

Keheningan menyelimuti Makkah dan sekitarnya. Segala sesuatu di samping Hajar juga terdiam kecuali gerakan si kecil Ismail yang menggerakan perasaan yang ada di hati ibunya dan menggugah nostalgia tentang masa lalu dan kehidupan di rumah Nabi Allah, Ibrahim  di Baitul Maqdis.

Hajar tersadar oleh gerakan Ismail kemudian ia menyusuinya. Setelah itu, Hajar segera makan kurma dan minuma air. Selang beberapa lama, persediaan kurma dan air habis. Hajar dan Ismail kehausan  oleh karena itu Ismail berguling-guling, berteriak, dan menangis. Hajar bangkit dari tempat duduknya, kemudian berlari ke Shafa. Ia naik ke sana dengan harapan mendapatkan orang yang menyelamatkan dirinya dari kehausan. Tapi, ia tidak melihat siap-siapa. Ia pun turun dan berlri ke Marwa. Ia naik, tapi lagi-lagi tidak melihatsiapa-siapa. Ia berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwa hingga tujuh kali dengan harapan mendapatkan orang yang dapat meyelematkan sirinya dan anaknya yang kehausan. Tapi lagi-lagi ia tidak melihat siapa-siapa.

Ketika kekalutan semakin meningat dan nyawa seperti sudah sampai kerongkongan, datanglah jalan keluar dari Allah Ta’ala. Hajar mendengar suara dari dekat anaknya, Ismail, ternyata air keluar dari arah kedua kakinya. Hajar segera pergi menuju air itu dengan sukacita, memenuhi tempat minumnya, dan membuat seperti kolam ditempat keluarnya air, agar air tidak habis di antara pasir yang panas membara.

Hajar merasakan kebahagiaan, mulutnya tidak henti-henti memuji Allah Ta’ala dan membaca tasbih kepada-Nya. Di dekat air yang suci tersebut terdapat salah satu malaikat yang mulia. Malaikat berkata dengan jelas dan memberi kabar gembira kepada Hajar, “Engkau jangan khawatir terlantar, karena di sinilah Rumah Allah, rumah suci. Rumah tersebut dibangun si kecil ini bersama ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan wali-wali-Nya.”

Pada suatu hari, sekelompok orang dari kabilah Jurhun melewati daerah dekat Hajar, -ketika itu, Jurhum tinggal di lembah dekat Makkah- dan melihat burung-burung terbang melayang disekitar air dan juga Hajar yang tidak jauh dri air tersebut. Mereka berkata dengan heran –seperti tidak mempercayai apa yang mereka lihat-, “Sungguh burung-burung ini terbang melayang-layang di atas air, padahal sepengetahuan kami, di lembah ini tidak ada air.”

Ketika itulah, mereka mengirim salah seorang dari mereka untuk melihat keadaan dan datang kembali ke tempat mereka dengan membawa informasi yang riil. Orang yang mereka utus tersebut melihat seorang wanita di dekat air tersebut bersama anaknya. Ia berjalan kepada wanita itu (Hajar) dan berkata kepadanya, “Apakah engkau mengizinkan kami bersamamu dan bertempat tinggal di tempatmu?”

Hajar menjawab dengan senang hati, “Ya, silahkan, tapi dengan satu syarat.”

Orang tersebut berkata, “Syarat apakah itu?”

Hajar menjawab, “Kalian tidak mempunyai hak atas air ini, karena air ini pemberian Allah kepadaku dan anakku ini.”

Orang-orang Jurhum laki-laki, wanita dan anak-anak, semua turun ke lembah tersebut. Mereka datang membawa hewan ternak mereka. Setelah itu, orang-orang Al-Amaliq juga datang bersama membawa laki-laki, wanita dan anak-anak. Setiap orang dari mereka mengambil tempat di sekitar air zamzam.

Keesokkan harinya, matahari belum terbit, ternyata kehidupan telah uncul kembali ditempat gersang tersebut.

Friday, July 12, 2019

KAUM NABI LUTH YANG MENYIMPANG




Luth AS hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim AS dan beliau adalah keponakan Nabi Ibrahim AS . nabi Ibrahim sangat mencintai Luth AS.  Luth hijrah bersama paman beliau dari Irak dan ikut dengan beliau dalam semua perjalanannya.

Luth keluar dari Babil di Irak bersama paman beliau mengikkuti agama beliau dan hijrah ke Syam, kemudian ke Mesir, kemudian kembali ke Syam. Ibrahim berhenti di Palestina, sedangkan Luth di Yordania.

Setalah itu, Allah Ta’ala mengutus Luth kepada penduduk Sadum dn sekitarnya. Beliau tidak mempunyai hubungan kekerabatan dna nasab dengan kaum tempat beliau diutus kepada mereka, karena beliau bukan penduduk asli daerah tersebut.

Luth mulai melaksanakan perintah Allah, menyampaikan apa yang diperintahkan, mengajak pendudu Sadum kepda Allah Ta’ala. Hari demi hari dan tahun demi tahun, tidak ada orang yang merespon dakwah Luth dna tidak ada rumah di daerah tersebut yang beriman kecuali rumah dan keluarga beliau.

Kaum Luth adalah kafir dan berzina. Mereka menciptakan zina yang tidak pernah dilakukan siapa pun sebelum mereka sekalipun dari kaum yang kafir, fasik, dan keluar dari jalan yang benar.
Sungguh Luth mengetahui kaum beliau dan penyimpan fitrah mereka. Mereka meninggalkan wanita dan lebih menyukai laki-laki. Mereka menyalahi fitrah yang menunjukan kepada hikmah penciptaan makhluk berpasang-pasangan.

Luth juga memuliakan tamu yang datang ke kotanya, tamu-tamu asing yang tiba di Sadum biasanya singgah di rumah Luth AS. Jika istri Luth merasa ada seseorang mengetuk pintu rumahnya, ia segera pergi kepada kaumnya dan menjelaskan kepada mereka tentangkeberadaan seseorang di rumah Luth AS, agar mereka cepat mengambil tindakan dengan kerusakan paling buruk.

Istri Luth akan memebritahu dengan cara tercela, yaitu jika ada tamu datang kepada Luth AS pada malam hari, ia menyalakan api, jika ia tidak bisa memberitahukan mereka. Dan bila tamunya datang siang dan ia tidak dapat keluar, ia akan membuat asap agar kaumnya mengetahui  bahwa Luth mempunyai tamu.

Allah ta’ala berfirman:

Dan tatkal datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka dan di berkata, “Ini adalah hari yang amat sulit.” (Hud:77)

Para malaikat yang mulia mereka adalah Jibril, Mikail, Israfil datang kepada Ibrahim AS untuk menyampaikan kabar gembira kepada beliau dan istri beliau tentang kelahiran anak yang pandai. 

Selain itu, mereka menjelaskan epada beliau bahwa mereka akan menjalankan tugas Rabbaniyah dari sisi Allah yaitu untuk menghancurkan desa Sadum yang telah menganiaya diri mereka sendiri dan bahaya mereka mengancam ke seluruh bumi. 

Para malaikat berkata kepada Ibrahim AS
Sesungguhnya kami akan menghancurkan penduduk desa ini.” (Al Ankabut:31)

Ibrahim mendebat para malaikat tentang kaum Luth, karena beliau berharap mereka kembali kepada Allah, berhenti dari kemaksiatan dan kebobrokan dan kembali kepada akal mereka.

Para malaikat berkata Ibrahim, “Sungguh kami akan menghancurkan penduduk desa tersebut, karena penduduknya kaum yang zalim.”

Ibrahim berkata, “Bagaimana menurut kalian, jika di tempat mereka terdapat 50 orang dari kaum Muslimin?

Para malaikat berkata, “Jika pada mereka terdapat 50 orang kaum muslimin, kami tidak akan menghancurkan mereka.”

Ibrahim berkata, “Bagaimana menurut kalian, jika di tempat mereka terdapat 40 orang dari kaum Muslimin?”

Para malaikat berkata, “Jika pada mereka terdapat 40 orang kaum muslimin, kami tidak akan menghancurkan mereka.”

Ibrahim berkata, “Bagaimana menurut kalian, jika di tempat mereka terdapat 30 orang dari kaum Muslimin?”

Para malaikat berkata, “Jika pada mereka terdapat 30 orang kaum muslimin, kami tidak akan menghancurkan mereka.”

Ibrahim berkata, “Bagaimana menurut kalian, jika di tempat mereka terdapat 20 orang dari kaum Muslimin?”

Para malaikat berkata, “Jika pada mereka terdapat 20 orang kaum muslimin, kami tidak akan menghancurkan mereka.”

Ibrahim berkata, “Bagaimana menurut kalian, jika di tempat mereka terdapat 10 orang dari kaum Muslimin?”

Para malaikat berkata, “Jika pada mereka terdapat 10 orang kaum muslimin, kami tidak akan menghancurkan mereka.”

Allah berfirman:

Hai Ibrahim, tinggalkan soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.” (Hud:76)

Para malaikat keluar dari rumahIbrahim AS dengan tujuan desa Sadum dan datang dlam bentuk pemuda-pemuda tampan. Ketika mereka tiba di desa Luth AS, beliau bekerja di sawah.  Mereka bertamu kepada Luth AS dan itu terjadi setelah Ashar.

Luth AS khawatir jika beliau tidak menjamu mereka, maka mereka akan dijamu orang lain. Luth merasa bahwa hari ini hari tersulit, karena beliau tahu tidak menemukan orang yang bisa melindungi mereka pada malam ini. Beliau takut akan akhir kesudahan masalah ini.

Beliau malu kepada para tamu tersebut, oleh karena itu, beliau berjalan didepan mereka dan memulai pembicaraan dengan harapan mereka pergi dari desa beliau pada malam ini karena penduduk desa ini zalim dan berharap para tamu singgah di desa lain.

Luth berkata kepada para tamu, “Para tamuku, aku tidak tahu di atas bumi ini penduduk suatu negeri yang lebih brengsek dari penduduk desa ini.”

Luth berjalan bersama para tamu dalam keadaan was-was. Beliau berjalan bersama para tamu dengan menoleh ke kanan-kiri. Para tamu bertanya kepada beliau, apa yang membuat beliau ragu-ragu?

Luth AS menjawab, “Aku bersaksi bahwa penduduk desa ini penduduk yang paling buruk perbuatannya sedunia. Aku bersaksi bahwa mereka orang-orang jahat, dan brengsek.”

Tidak ada yang megetahui kedatangan tamu-tamu tersebut kecuali Luth, istri dan kedua putri beliau. Istri Luth melihat tamu-tamu tersebut dan kegilaannya pun kambuh. Tamu-tamu ini adalah mangsa yang istimewa. Ia kan mendapatkan kedudukan tinggi dikaumnya.

Istri Luth berkata, :Sesungguhnya pada malam ini, Luth menjamu pemuda-pemuda tampan yang tidak pernah aku lihat dan sangat wangi. Oleh karena itu, segeralah pergi ke sana sebelum mereka pergi.”

Bak belalang berterbangan, kaum Luth sontak pergi ke rumah Luth AS. Mereka berdiri di depan pintu rumah Luth dengan terengah-engah. Dengan tidak malu, mereka berkata, “ Hai Luth, bukankah kami teah melarangmu menerima tamu? Bukankah engkau tahu apa yang kami inginkan?”

Luth berkata kepada mereka, “Inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.” (Hud;78)

Sesaat kemudian, Luth berlindung kepada Allah Ta’alla. Beliau mendorong mereka dari rumah beliau dan menutup pintu rumah. Sedang mereka berusaha membuka pintu atau memecahkannya. Kendati demikian, Luth tetap menasehati kaumnya.


Ketika kekalutan Luth memuncak, para tamu bangkit dan memberi syarat kepada beliau agar berlindung di tiang yang kokoh. Para tamu asing itu berkata kepad Luth, “Hai Luth, sesungguhnya kami utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.” (Hud:81)

Luth AS dan kedua putrinya berjalan menjelang subuh. Baru beberapa lama, beliau meninggalkan desa. Allah Azza wa Jalla membinasakan mereka melalui Jibril. Jibril membalik kota-kota mereka setelah Luth sekeluarga keluar dari tempat mereka, kecuali istri beliau yang terlambat berangkat dari suaminya. Jibril membalikan kota-kota kaum Luth dengan ujung sayapnya hingga bagian atasnya menjadi  bagian bawahnya, kemudian kota-kota mereka berubah menjadi danau busuk yang air dan apa saja yang ada diisekitarnya tidak bisa dimanfaatkan.

ISTRI NABI NUH YANG DURHAKA




Nabi Nuh AS diutus Allah pada seribu kedua setelah turunnya Adam ke bumi. Ketika itu, kemaksiatan tersebar merajalela di kaum beliau. Mereka terang-terangan kafir, fasik, dan bermaksiat. Mereka melewati batas dan tersesat dengan kesesatan yang nyata.

Tidak ada nabi diantara para nabi yang mendapatkan perlakuan jahat dari kaumnya seperti yang dialami Nabi Nuh dari kaumnya. Mereka masuk ke rumah Nabi Nuh kemudian mereka mencekik beliau dan membiarkan beliau duduk dalam kesulitan. 

Mereka memukul beliau di tempat-tempat pertemuan dan mengusirnya. Tapi Nabi Nuh tidak membalas perlakuan kaumnya malah mendoakan “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak tahu. Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

Jika salah seorang dari kaum Nabi Nuh telah dekat ajalya dan hendak meninggal dunia, ia berwasiat kepada anak-anak keturunannya dengan berkata,”Berhati-hatilah terhadap orang gila ini (Nabi Nuh), karena ayahku pernah berkata kepadaku bahwa kebinasaan manusia karena tangan orang ini.”

Lebih celaka lagi, istri Nabi Nuh sendiri bergabung kepada kaum pembangkang dan pendusta. Ia berjalan bersama rombongan orang-orang kafir. Istri Nabi Nuh bernama Wailah. Ada lagi yang mengatakan, namanya Walighah.

Jika salah seorang dari kaum Nabi Nuh beriman, bergabung ke dalam kafilah iman dan cahaya, istri Nabi Nuh pergi kepada tokoh kaumnya agar mereka menyiksa orang yang bersangkutan, melarang beriman, dan menyuruh keluar dari agama nabi Nuh.

Nabi Nuh AS hidup selama 950 tahun di kaumnya guna mengajak mereka kepada Allah SWT di setiap waktu. Zaman silih berganti namun mereka tetap tidak memenuhi ajakan beliau, hingga tiga zaman berlalu pada mereka tapi mereka tetap pada kemaksiatan.

Nabi Nuh mendapatkan pendustaan dan penolakan luar biasa dari kaum beliau, padahal beliau menggunakan berbagai sarana untuk mendakwahi mereka. Al Qur’an Al Karim menjelaskan bahwa Nabi Nuh hidup di kaumnya lama sekali sebagai dai, namun hanya sedikit yang merespon dakwah beliau.

Istri Nabi Nuh terlibat dalam kebohongan dan kedustaan kaumnya yang pembangkang dan kafir. Kendati Nabi Nuh telah mengancam istri dan kaum beliau dengan azab Allah.

Ia berkata pada suatu hari kepada Nabi Nuh AS yang sedang dalam perjalanan dakwah kepada Allah, “Hai Nuh, kenapa Tuhanmu tidak menolongmu?”

Nabi Nuh menjawab, “Ya, Tuhanku akan menolongku.”

Istri Nabi Nuh berkata dengan nada mengejek, “Kapan Tuhan menolongmu?”

Nabi Nuh menjawab, “Jika Tungku-tungku beterbangan.”

Istri Nabi Nuh langsung keluar menemui kaumnya dan berkata kepada mereka, “Hai kaumku, demi Allah. Nabi Nuh telah gila. Ia mengaku Tuhannya akan menolongnya ketika tungku-tungku berterbangan.”

Kontan, kaumnya meningkatkan penyiksaan terhadap Nabi Nuh, memukul, melukai, mempersempit ruang gerak beliau. Pada suatu hari, Ketika Nabi Nuh sedang sujud, tiba-tiba seseorang dari kaumnya melewati beliau dengan membawa cucu dipundaknya. 

Kakek tersebut menasehati cucunya, “Cucuku, orang tua pendusta inilah yang mengajak kita kepada menyembabh Tuhan yang tidak kita kenal dan memberi ancaman tanpa batas kepada kita, oleh karena itu, jauhilah dia, jika tidak, ia akan menyesatkanmu.”

Sang cucu berkata, “Jika orang ini dlam keadaan seperti itu, kenapa kalian membiarkannya hidup hingga sekarang?”
Sang kakek berkata, “Apa yang harus kita kerjakan terhadap dia?”
Sang cucu berkata, “Turunkanlah aku, nanti engkau melihat apa yang aku kerjakan terhadapnya.”

Sang kakek menurunkan cucunya yang kemudian cucu itu mengambil batu dan memukulkannya ke kepala Nabi Nuh hinggan terluka.

Nabi Nuh memulai pembuatan perahu dibawah perintah Allah ta’ala dan wahyu-Nya. Untuk itu, beliau membuat persiapan dan melaksanakan tugas Rabbaniyah. Istri Nabi Nuh melihat beliau mengangkut kayu-kayu dan membuat kayu-kayu tersebut menjadi perahu. Tapi pembuatan perahu tersebut tidak dekat denga laut atau sungai besar yang membuat istri nabi Nuh terheran-heran tidak mengerti.

Ia bertanya dengan bingung, “Hai Nuh, engkau akan membuat apa dengan kayu-kayu ini?”

Nabi Nuh menjawab, “Aku akan membuat perahu untuk menyelamatkan diriku dan orang-orang yang beriman kepadaku jika keputusan Allah datang.”

Istri nabi Nuh berkata dengan mengejek, “Mana air tempat berlayar perahumu? Aku pikir engkau telah gila atau mendaptkan kemarhan tuhan-tuhan. Apakah masuk akal perahu bisa jalan di tanah kering?”

Istri Nabi Nuh melanjutkan, “Disini tidak ada air. Engkau tidak bisa memindahkan perahu ini ke laut atau sungai besar.”

Kaumnya juga ikut menghina setiap kali melihat beliau menyelesaikan salah satu bagian dari pembuatan perahu.

Mereka berkata kepada beliau dengan mengejek dan tertawa-tawa, “Hai Nuh, setelah menjadi Nabi, engkau kini menjadi tukang kayu. Ini sesuatu yang sangat lucu.”

Mereka sangat keterlaluan dlaam melecehkan Nabi Nuh hingga mereka berkata, “Hai Nuh, jika engkau benar dalam dakwahmu, Tuhanmu yang pernah engkau jelaskan kepada kami dan engkau mengajak kami kepada-Nya pasti membantumu dalam pembuatan perahu ini dan tidak menyusahkanmu dengan usaha yang berat ini. Hai Nuh, tidakkah engkau lihat bahwa ini puncak kebodohan?”

Perahu selesai dibuat, tibalah keputusan Allah Ta’ala membuka pintu-pintu langit dengan air hujan deras, bumi memancarkan air dan tungku-tungku mulai berterbangan. Nabi Nuh bersama kaum mukminin naik ke perahu disertai pasangan setiap hewan.

Perahu Nabi Nuh meninggi diatas air, gelombang semakin tinggi menutup bumi. Bumi tidak terlihat selama banjir terjadi, karena air meninggi diatas puncak gunung yang tinggi menjulang.

Istri nabi Nuh tenggelam, krena ia tidak naik bersama kaum mukminin. Ia menduga rumahnya bisa melindunginya dari air banjir, tapi pad hari tersebut, tidak ada pelindung kecuali Allah Ta’ala.

Ketika Nabi Nuh melihat anak beliau, Kan’an didekat perahu karen amendengar seruan, beliau ingin menyelamatkannya dan berprasangka baik bahwa anaknya adalah seorang mukmin.

Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (Hud;42)

Sang anak berkata:
Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.” (Hud;43)

Nabi Nuh berkata kepada anaknya:
Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” (Hud;43)

Mereka yang berada diatas perahu dianatara ombak besar selamat. Selagi Allah menjanjikan mereka selamat, mak tidak ada ketakutan pada mereka dan mereka juga tidak bersedih hati.

Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaq;3)